Home Info Sawit ‘Dicekik’ Harga Jelang Lebaran

‘Dicekik’ Harga Jelang Lebaran

Jakarta, Gatra.com - Angan-angan KH. Suher untuk mendatangkan penceramah kondang pada acara berbuka bersama (bukber) di salah satu hotel di Pekanbaru, ibukota Provinsi, buyar.

Selain lokasi bukber yang mau tak mau berpindah ke salah satu kantin milik koleganya, penceramah kondang tadi juga terpaksa diganti-perankan oleh anak buahnya sesama pengurus APKASINDO. Biar lebih hemat.

“Buyar semua. Padahal kita sudah sangat ingin memeriahkan ramadhan ini dengan mengundang ustadz kondang. Dari lima hari lalu hingga hari ini, harga sawit sudah anjlok hingga Rp700. Boro-boro untuk bukber di tempat enak, untuk menghadapi lebaran saja sudah ngos-ngosan,” Ketua DPW APKASINDO Riau ini bersungut-sungut.

Di kawasan Rantau Bais Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), sejumlah petani kelapa sawit yang tadinya sudah berencana belanja baju lebaran ke Pekanbaru, juga terpaksa urung. Niatan tadi berganti menjadi membeli di toko-toko pakaian terdekat.

Nyungsepnya harga Tandan Buah Segar (TBS) petani swadaya itu rupanya tidak hanya terjadi di Riau, tapi di hampir semua provinsi penghasil sawit yang ada di Indonesia. Ini kelihatan dari riuhnya Posko Harga TBS DPP APKASINDO tiga hari terakhir.

“Dalam kondisi normal saja, kami cuma kebagian margin pas-pasan. Apa lagi di kondisi sekarang, menangislah,” keluh Sekretaris DPW APKASINDO Papua Barat, Dorteus Paiki.

“Kalau petani sawit di Sumatera saja sudah oyong bahkan tumbang, gimana kami yang di Sulawesi ini? Wong selama ini saja harga TBS kami selalu jauh di bawah harga di Sumatera kok,” lelaki ini menarik napas panjang.

Tapi tunggu dulu. Bagi seorang analis pasar yang dekat dengan APKASINDO, ada kejanggalan dari anjloknya harga TBS petani lima hari belakangan. Pertama, harga Crude Palm Oil (CPO) memang turun, tapi cuma Rp1000. Dari yang tadinya Rp12.350, menjadi Rp11.300 an per kilogram.

“Mestinya kalau harga CPO turun segitu, harga TBS paling banter turun di kisaran Rp300 per kilogram. Ini kan enggak, sudah mencapai Rp700 per kilogram. Yang bikin aneh lagi, CPO CIF Rotterdam dan Malaysia malah naik tipis. Aneh kan?” ujarnya.

Analis bisnis minyak sawit yang lain, cuma bisa nyengir menengok fenomena ambruknya harga TBS jelang lebaran ini.

“Di sinilah kelihatan perbedaan industri sawit di Malaysia dan Indonesia itu. Kalau di Malaysia, pelaku usaha sawit, baik yang di hulu maupun hilir, semuanya patuh, terkontrol dan termonitor oleh Pemerintah Malaysia melalui Malaysian Palm Oil Board (MPOB). Itulah makanya di Malaysia enggak ada kegaduhan harga,” katanya.

Kalau di Indonesia, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian nya justru kalah ilmu dari korporasi. “Tengok sajalah, urusan target DMO saja rempongnya luar biasa. Di Malaysia, yang enggak patuh langsung ditegur. Membandel, cabut izinnya. Kayak gitu,” datar suara lelaki ini.


Abdul Aziz

430