Home Politik Medsos Media Kampanye Efektif, Masyarakat Diminta Bijak Berbagi Informasi

Medsos Media Kampanye Efektif, Masyarakat Diminta Bijak Berbagi Informasi

Sleman, Gatra.com – Menjelang kehadiran tahun politik yang ditandai akan semakin masifnya kampanye di media sosial (Medsos) oleh partisipan, seharusnya diantisipasi masyarakat dengan menyaring dan mengecek kebenaran informasi sebelum berbagi. Rendahnya tingkat literasi masyarakat dalam bermedia sosial, menjadikan tingkat kekritisan pada informasi negatif, turut menghilang.

Kondisi ini dikemukakan dalam diskusi ‘Kecakapan Literasi Digital Jelang Pemilu 2024’ yang diselenggarakan Garda Institute di kompleks Kanisius, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu malam (21/6) .

Pembicara dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Imam Suharjo menyebut, kondisi keterbukaan informasi menjadikan masyarakat lebih mudah mendapatkan informasi termasuk hal yang terkait Pemilu, khususnya kampanye.

“Dari pengalaman Pemilu yang sebelumnya, kampanye dilakukan berbeda. Kampanye tidak lagi dengan pawai-pawai besar. Kampanye dilakukan lewat Medsos yang dinilai media yang cepat, mudah, dan lebih massif,” kata Imam. 

Dikemas lebih menarik, cerdas dan bijak baik oleh kontestan maupun pendukung. Konsep kampanye yang ditawarkan di Medsos tidak akan hilang jejak digitalnya. Ini menjadikan kampanye yang tersimpan ini dapat dimanfaatkan oleh siapa saja.

“Dengan bahan kampanye ini, siapa yang paling cerdas menggunakannya maka memiliki kesempatan menang yang lebih besar. Bahkan bahan yang sama bisa digunakan untuk menjatuhkan kontestan politik lainnya,” katanya.

Perbedaan lainnya, kata Imam juga dalam bentuk informasi yang ditampilkan. Jika sebelumnya hanya berupa teks-teks berita dan gambar. Saat ini konsep informasi yang disampaikan semakin menarik karena dihadirkan dalam bentuk video maupun multimedia lainnya.

Dengan tampil lebih menarik, kecenderungan untuk dibagikan masyarakat akan semakin besar. Sehingga ketika informasi itu dianggap benar kemudian disebarkan, maka masyarakat akan tergiring opininya seolah-olah itu benar. 

“Masyarakat harus bijak. Jika mendapatkan informasi yang bersifat negatif seperti menjatuhkan personal lainnya maka wajib dilakukan cek dan ricek. Dari Mana informasi itu berasal, kapan pertama kali muncul, dan valid atau tidak sebelum disebarkan,” sebutnya.

Duta Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) DIY, M Sahrul Khirom, menyatakan di era digital sekarang banyak sisi positif yang terbentuk karena kreativitas bertambah.

“Para kontestan sudah pintar saat berkampanye. Tidak to the point mengajak memilih mereka namun ditampilkan dulu good values seperti jangan Golput dan sebagainya baru mengarahkan pikiran kita untuk memilih mereka,” ujar Sahrul.

Pendiri Kampung Cyber Jogja, Antonius Sasongko menilai, saat ini masyarakat jauh lebih kritis dengan pikiran dan tulisan-tulisannya, tapi terkadang berlebihan dan memunculkan berbagai hal negatif.

“Kekritisan negatif ini karena rendahnya literasi. Perlu ada saling peduli memberikan literasi kepada masyarakat sehingga mereka dapat bijak menghadapi era digital, khususnya menghadapi Pemilu 2023,” kata dia.

Dirinya berpesan pesta demokrasi ini harus dijaga dengan cerdas dalam mengekspresikan diri. Di masa tenang nanti masyarakat harus mengevaluasi apa yang ditawarkan untuk kemudian menentukan pilihan dengan hati dan keyakinan.

139