Home Kesehatan Benarkah Radiasi Gadget Memicu Kanker Kulit, Ini Kata Spesialis Bedah?

Benarkah Radiasi Gadget Memicu Kanker Kulit, Ini Kata Spesialis Bedah?

Jakarta, Gatra.com - Spesialis Bedah Onkologi dr. Yadi Permana menepis isu yang menyebut radiasi dari gadget dapat menyebabkan kanker kulit. Menurutnya, kanker kulit cenderung disebabkan faktor lain, dan bukannya sinar radiasi dari gadget.

"Jadi, radiasi gadget tidak menimbulkan kanker kulit ya. Itu yang saya harus tekankan. Jadi bukan radiasi gadget yang menimbulkan kanker kulit," sanggah dr. Yadi Permana dalam Media Briefing Ikatan Dokter Indonesia (IDI), pada Selasa (1/8).

Yadi mengatakan, bahkan hingga saat ini masih belum ada penelitian berbasis bukti yang menyebut radiasi dari gadget dapat menyebabkan kanker pada kulit. Paparan sinar ultraviolet (UV) lah yang sampai saat ini masih berada di urutan teratas sebagai penyebab kanker kulit.

Baca Juga: Waspada! Tahi Lalat Seperti ini Bisa Jadi Ciri Kanker Kulit

"Ultraviolet, ini faktor risikonya, terutama UVB, karena UVB itu gelombang perusaknya lebih besar dibanding gelombang UVA. Beruntungnya, UVB ini lebih sedikit yang bisa tembus ke bawah, hanya sekitar 5 persen. 95 persen berupa UVA biasanya," papar Yadi.

Adapun, kanker kulit menempati posisi ke-15 sebagai kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia, dari total 36 jenis kanker yang ada. Hal itu dipicu oleh letak wilayah Indonesia yang berada di sekitar garis khatulistiwa, sehingga paparan sinar UV menjadi lebih kuat.

Selain paparan sinar UV, ada faktor risiko lain yang bisa memperbesar potensi terjadinya kanker kulit adalah kerusakan pada kulit. Contohnya adalah luka bakar maupun luka luar lama yang tidak mendapatkan penanganan dengan baik, sehingga dapat menyebabkan perubahan pada struktur kulit.

Baca Juga: Bintik Perempuan Ini Ternyata Bisa Menjadi Kanker

Di samping itu, ada sejumlah faktor risiko lain yang dapat mempengaruhi terjadinya kanker kulit. Beberapa di antaranya adalah faktor jenis kelamin pria, usia, maupun imunosupresi atau bahkan faktor genetik. Ada pula faktor risiko lain berupa perilaku, seperti kebiasaan merokok.

90