Home Regional Warga Tanjungsekar Protes Tambang Desa Tetangga, Petani Malah Minta Lanjut, Loh?

Warga Tanjungsekar Protes Tambang Desa Tetangga, Petani Malah Minta Lanjut, Loh?

Pati, Gatra.com- Sebanyak puluhan warga Desa Tanjungsekar, Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, memprotes adanya aktivitas tambang di lahan pertanian Desa Sokopuluhan, Senin (21/8). Massa yang didominasi emak-emak menuntut agar aktivitas di lokasi disetop.

Sekretaris Rukun Warga Tanjungsekar, Muhammad Suheli, menilai, adanya aktivitas tambang di Desa Sokopuluhan menyebabkan debu yang berimbas pada aktivitas warga.

"Masyarakat mengeluhkan polusi udara, yakni debu yang bertaburan. Setidaknya pemilik proyek punya unggah-ungguh. Kami merasa terganggu dengan debu," ujarnya saat ditemui Gatra.com di lokasi tambang.

Dijelaskan, protes tersebut sudah diluapkan melalui mediasi pada hari ini, selepas dua kubu massa yang pro dan kontra dipertemukan. Hasilnya, tuntutan warga dipenuhi pemilik tambang, dengan disaksikan oleh Camat Pucakwangi.

"Tambang ini sudah ada sejak awal tahun 2023. Kami menuntut agar aktivitas tambang disetop. Tanah petani yang perlu diratakan, kami tolerir untuk dilakukan pengerukan agar rata, kami kasih waktu lima hari. Selama itu pula agar tidak ada debu, wajib disiram air," bebernya.

Camat Pucakwangi, Udhi Harsilo Nugroho, mengatakan, selain pihak yang pro dan kontra, kedua pemerintah desa (Pemdes), pihak kepolisian, dan TNI turut menghadiri mediasi pada hari ini.

"Hasil mediasi tadi, warga Tanjungsekar maupun pemilik tambang telah sepakat jika aktivitas tambang dihentikan pada akhir pekan ini," ungkapnya melalui sambungan telepon genggam.

Terpisah, pemilik tambang, Sunar, menyanggupi tuntutan warga Tanjungsekar. Bahkan, pihaknya bakal menyiapkan sumur air tanah dan mobil tanki untuk menyirami lokasi untuk menghindarkan tebu berterbangan, dalam tenggat waktu lima hari.

"Sesuai kesepakatan kami dikasih waktu lima hari, dengan disaksikan pak camat. Intinya untuk menyelesaikan galian, agar rampung, karena kalau tidak kasihan petani (pemilik lahan) kalau kita tinggal begitu saja. Toh adanya penggalian ini, aslinya atas permintaan petani (Sokopuluhan) agar sawahnya kebagian air, sehingga dibuat agak rendah," bebernya.

"Untuk menghindari debu, kita langsung standby kan air, biar debu tidak kemana-mana. Kita komitmen. Kita lakukan dua kali, pagi dan siang. Kita sudah siapkan selang, sekiranya ada debu kita semprot," imbuh Sunar.

Petani Sokopuluhan, Rasimun, mengamini jika satu dari sekian lahan yang digali adalah miliknya. Ia setuju tanah pertaniannya dikeruk, agar kebagian air. Mengingat, area persawahan di Pati Selatan itu merupakan sawah tadah hujan.

"Saya minta dikeruk biar dapat air sawah saya, memang susah air karena sawah tadah hujan. Makannya saya minta keruk. Dua pekan ini prosesnya," jelasnya.

Warimin, yang juga petani Sokopuluhan, menegaskan, aktivitas penambangan di lokasi memang atas permintaan petani (pemilik lahan pertanian). "Kita memang minta diratakan lahan pertanian. Di lahan saya kan juga ada pohon bambu, agar tidak mengganggu saya minta keruk sekalian untuk melebarkan sawah," tegasnya.

61