Home Nasional Bedah Buku Nikel Indonesia Karya Elisa Sugito Ramaikan Kongres HMI ke-32

Bedah Buku Nikel Indonesia Karya Elisa Sugito Ramaikan Kongres HMI ke-32

Pontianak, Gatra.com - Forum bedah buku Nikel Indonesia: Kunci Perdagangan Internasional karya Elisa Sugito ikut meramaikan semarak Kongres HMI XXXII di Kluwiland Pontianak pada Senin (27/11) kemarin.

Dalam forum bedah buku itu, turut menghadirkan tokoh HMI Pontianak dan para kandidat Ketua Umum PB HMI sebagai penanggap. Para penanggap tersebut antara lain Ketua Jurusan Sosiologi dan FISIP Universitas Tanjungpura, Syarifah Ema Rahmaniah; Wakil Sekretaris Jenderal PB HMI sekaligus Kandidat Ketua Umum PB HMI, Muhammad Jusrianto; Ketua Bidang Digitalisasi dan Inovasi PB HMI sekaligus Kandidat Ketua Umum PB HMI, Vidiel Tania Pratama; dan Ketua Umum HMI Badko Sulselbar sekaligus Kandidat Ketua Umum PB HMI, A. Ikram Rifqi.

Forum bedah buku Nikel Indonesia: Kunci Perdagangan Internasional yang ditulis oleh jebolan jurusan Hukum Perdagangan Internasional FH UI itu berjalan dengan penuh antusias dari para peserta. Setidaknya ada 300 orang peserta dari berbagai daerah yang tersebar di seluruh Indonesia baik dari kalangan mahasiswa, praktisi, maupun akademisi.

Pada forum bedah buku ini Elisa Sugito menjelaskan alasannya menulis buku tentang Nikel Indonesia yang mana buku ini juga terinspirasi dari tesisnya.

"Semangat untuk menulis buku ini dan mengulik tentang Nikel Indonesia timbul untuk pertama kalinya ketika saya sedang menempuh S1 pada tahun 2015 silam. Pada waktu itu saya sudah sangat penasaran terkait dengan potensi nikel di Indonesia. Oleh karena alasan itu saya mengambil langkah untuk melihat nikel ini dari sisi international business nya dimulai dari skripsi, tesis, hingga pada akhirnya terbitlah buku ini," ujar jebolan S2 FH UI itu.

Para penanggap pada forum bedah buku itu melihat bahwa buku ini memiliki substansi yang sangat amat penting karena membahas secara mendalam mengenai potensi nikel Indonesia. Daya tawar Indonesia dalam perdagangan Internasional sampai pada langkah strategis terkait dengan proses hilirisasi, penyelesaian sengketa di WTO, dan implikasi hukum yang akan timbul.

"Buku ini dapat memberikan pemahaman baru kepada masyarakat secara umum dan khususnya kalangan anak muda Indonesia terkait dengan Nikel Indonesia untuk lebih sadar akan hal ini. Saya lihat tentunya dengan penataan kebijakan nikel secara benar oleh pemerintah akan memberikan efek sosiologis yang nyata ke masyarakat," ungkap Syarifah Ema Rahmaniah pakar ilmu sosiologi dari Universitas Tanjungpura itu.

Elisa Sugito menambahkan bahwa dengan adanya potensi produksi nikel Indonesia yang besar, dapat menjadikan Indonesia sebagai negara yang makmur.

"Potensi nikel yang dimiliki saat ini dilihat pemerintah Indonesia menjadi komoditas yang menjanjikan di tengah penggunaan energi hijau yang sedang sedang masif. Hal ini dapat dilihat dari dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan," ujar lulusan International Trade Law Universitas Indonesia (UI) itu.

"Dengan terbitnya kebijakan ini, pemerintah berupaya akseleratif secepat mungkin agar mampu memproduksi baterai kendaraan listrik yang salah satu komponen utamanya berasal dari turunan nikel. Atas hal ini lah Indonesia bisa memainkan peranan kunci untuk mendapatkan nilai tambah dari nikel untuk digunakan sebaik-baiknya untuk kemakmuran rakyat Indonesia," tambahnya.

Elisa Sugito menganalisa bahwa kedepannya industri nikel Indonesia akan cerah mengingat kebijakan hilirisasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah.

"Saya melihat bahwa masa depan nikel dunia berada di Indonesia. Hal ini bukan tanpa sebab, karena saya melihat dari hasil produksi tahunan Indonesia yang mencapai 21 juta ton dan ini menyumbang 30% global supply di tahun 2021. Terlebih lagi berdasarkan data US Geological Survey, cadangan nikel Indonesia mencapai 21 juta metrik ton, yang menjadikan Indonesia sebagai pemain utama nikel dunia, disusul oleh Australia dengan cadangan nikel yang mencapai 19 juta metrik ton," ujar Elisa Sugito.

Salah satu peserta di forum bedah buku ini, Risma Auliani Azzahra mengatakan bahwa forum bedah buku ini membantunya memahami mengenai potensi nikel Indonesia.

"Setelah mengikuti forum bedah buku ini saya menjadi tahu bahwa ternyata nikel Indonesia memiliki daya tawar yang menjanjikan di dunia internasional," ujar mahasiswa asal Brebes itu.

64