Home Ekonomi Andalkan Air Hujan, Petani Sukoharjo Undur Olah Tanah dan Musim Tanam

Andalkan Air Hujan, Petani Sukoharjo Undur Olah Tanah dan Musim Tanam

Sukoharjo, Gatra.com - Tinggi muka air Waduk Gajah Mungkur masih berada pada 126,5 meter di atas permukaan laut (mdpl). Namun untuk mengairi lahan persawahan, angka tersebut masih belum mencukupi syarat minimal TMA yang sebesar 127 mdpl. Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Dam Colo Timur, Sarjanto, mengatakan, pintu air Dam Colo telah dibuka pada Sabtu (9/12/2023) lalu. Meski begitu, hingga saat ini belum optimal.

"Jadi sekarang ini posisinya pintu air Dam Colo sudah dibuka tetapi belum optimal. Belum bisa masuk ke lahan pertanian sehingga airnya masih tergenang di saluran induk. Kami masih menunggu air hujan yang cukup untuk memulai musim tanam (MT I)," kata Sarjanto.

Ia menyebut, sejauh ini baru ada 1-2 lahan yang melakukan olah tanah. Sehingga kemungkinan untuk musim tanam hingga panen raya di Sukoharjo tidak akan serentak. Seperti di Desa Karangwuni, Polokarto, Sukoharjo, beberapa petani telah melakukan olah lahan lantaran sumur alternatifnya cukup untuk mengairi lahan persawahan.

Namun, jika olah tanah hingga musim tanam dilakukan serentak, Sarjanto memastikan dengan kondisi air saat ini tidak akan mencukupi kebutuhan air di areal persawahan. Sebab luasan sawah di Sukoharjo ada sekitar 7.500 hektare. Sementara curah hujan di daerah tangkapan air di atas Waduk Gajah Mungkur masih memiliki intensitas rendah.

Meski jadwal musim tanam mundur, para petani menargetkan sekitar 1-15 Januari 2024 mendatang mereka telah selesai menanam padi. "Sehingga kami minta kepada Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo [BBWSBS] agar tidak mengambil dari Waduk Gajah Mungkur. Tetapi hanya memanfaatkan air luapan dari Sungai Bengawan Solo dan Walikan yang berada di atas Dam Colo," terang Sarjanto.

Dia pun meminta kepada BBWSBS untuk menutup pintu air Dam Colo, sehingga air dari Sungai Walikan maupun yang berada di Dam Colo meluap dan mengalir ke saluran Induk Colo Timur. "Karena ini bersamaan memulainya musim tanam I baik Sukoharjo, Karanganyar dan lainnya. Sehingga mengalirnya air meskipun minim bisa dimanfaatkan untuk olah tanah. Sehingga nanti bergilir. Kalau hanya cukup di Nguter ya Nguter dulu tidak papa," ucap Sarjanto.

Menurutnya, kondisi air tersebut cukup mempengaruhi jadwal musim tanam hingga panen raya, lantaran petani harus menunggu air hujan untuk memulai olah tanah. Dia mengaku petani ingin segera menanam agar memperoleh harga gabah yang masih tinggi.

"Kalau cepat menanam kami masih akan mendapatkan harga gabah yang cukup tinggi dengan Rp7.200/kilogram," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo Bagas Windaryatno mengatakan, meski harus berjuang dalam menghadapi cuaca panas ekstrem akibat fenomena El Nino, namun petani di sejumlah wilayah Sukoharjo telah berhasil melakukan panen padi dengan hasil memuaskan pada pertengahan hingga akhir November 2023 lalu.

Petani yang berhasil panen padi tersebut berada di wilayah Kecamatan Tawangsari, Nguter, Sukoharjo, Bendosari, Mojolaban dan Polokarto. Bahkan, hasil panen padi petani tersebut sudah mampu mencapai target di atas angka rata-rata yakni 8-9 ton per hektare. Capaian tersebut diklaim mampu memenuhi kebutuhan pangan daerah dan berkontribusi besar menambah cadangan beras.

"Hasil panen padi kali ini tidak hanya menambah stok pangan daerah. Namun juga jaminan ketersediaan beras menghadapi Natal 2023 dan Tahun Baru 2024," kata Bagas. Bagas mengklaim stok beras diperkirakan aman hingga perayaan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 mendatang, meski ia tak menyebut spesifik jumlah stok cadangannya. Menurutnya ketersediaan beras sekaligus menjadi jaminan pangan bagi masyarakat. Sebab kebutuhan beras sepenuhnya disuplai petani lokal. 

"Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah lumbung pangan dan mampu surplus beras. Semuanya disuplai dari panen padi petani lokal. Meski permasalahan di lapangan memang ada kenaikan harga. Hal itu karena tingginya kebutuhan beras sebagai sumber pangan di semua daerah di Indonesia bahkan dunia," jelasnya.

Bagas mengaku optimis pada tahun 2023 ini Sukoharjo masih akan mengalami surplus beras seperti tahun-tahun sebelumnya. Meskipun di tengah fenomena alam El Nino. Hasil panen di Sukoharjo disebutnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan daerah maupun nasional, apalagi dengan permintaan beras yang terus meningkat. 

49