Home Info Pendidikan Baznas Targetkan Ada 1.020 Guru Ngaji Bisa Bahasa Isyarat Tahun Ini

Baznas Targetkan Ada 1.020 Guru Ngaji Bisa Bahasa Isyarat Tahun Ini

Yogyakarta, Gatra.com - Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menggagas program pendidikan pelatihan pembacaan Al-Quran dengan bahasa isyarat bagi difabel tuna rungu. Program yang digagas sejak 2023 ini menargetkan mampu melahirkan 1.020 pelatih atau tutor selama setahun ke depan di 34 provinsi.

Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi provinsi pertama yang dipilih Baznas untuk program pelatihan bagi 30 guru dari sekolah luar biasa, pondok pesantren inklusif, dan lembaga pendidikan non-formal yang peduli difabel tunarungu.

Ketua Baznas Pusat, Noor Achmad, berkata program ini diluncurkan karena ada 2,5 juta penyandang difabel tunarungu yang sebagian besar muslim belum mendapat pengajaran membaca Al-Quran.

“Pembacaan huruf hijaiyah untuk rekan-rekan difabel secara internasional sudah ada, namun pendidikan ini belum diformalkan oleh banyak negara muslim. Indonesia melalui program ini menjadi negara pertama di dunia yang menyelenggarakan pendidikan khusus bagi tunarungu,” katanya, Rabu (24/1).

Dari Yogyakarta, pelatihan ini akan digelar secara berkelanjutan melalui berbagai Baznas di 34 provinsi. Dengan target melahirkan 1.020 pelatih atau tutor, mereka akan mengajarkan pembacaan Al-Quran dengan bahasa isyarat kepada 30 anak didik.

“Ini program jangka panjang. Jadi tidak hanya akan berlangsung tahun ini, tapi terus sepanjang tahun,” ujarnya.

Deputi Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, M. Imdadun Rahmat, bilang, hadirnya program ini menandakan Baznas memiliki keberpihakan yang kuat kepada kelompok berkebutuhan khusus yang memiliki keterbatasan pada pendengaran.

“Kami menginginkan rekan-rekan disabilitas, terutama tunarungu, juga bisa mendapatkan fasilitas seperti yang lain dalam mempelajari Al-Quran sesuai hak keagamaannya,” jelas Imdadun.

Ketua Baznas DIY, Puji Astuti, menjelaskan peserta yang mendapat pelatihan ini tidak hanya dari lembaga pendidikan Islam dan komunitas difabel. Peserta juga datang dari Universitas Gajah Mada dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga.

“Yogyakarta dipilih sebagai proyek perdana karena kami siap. Kami sepenuhnya berharap selama pelatihan dua hari, 24-25 Januari ini, banyak memberikan manfaat,” jelasnya.

Salah satu pelatih dari Yayasan pendidikan Islam Nur Aini Bantul, Tri Purwanti, menyatakan sebagai guru, ia menemukan metode pengajaran yang tepat dalam membaca Al-Quran untuk difabel tunarungu.

“Kalau langsung dari teks tulis hijaiyah yang ada, mereka kesulitan mendengar bunyi hurufnya bagaimana. Konsep ini semakin mempermudah dan mempercepat mereka mengakses Al-Quran,” paparnya.

42