Home Ekonomi Berawal dari Bisnis Madu Lokalan, Kini Siap Ekspor

Berawal dari Bisnis Madu Lokalan, Kini Siap Ekspor

Jakarta,Gatra.Com-Empat tahun merintis usaha, bukan waktu yang mudah bagi Sukma Maharani. Beragam tantangan ia hadapi dalam mengembangkan Blooming Seven, sebuah usaha ragam minuman yang ia kembangkan sejak 2020 lalu bersama dengan suaminya. Ketika itu diketahui aktivitas masyarakat sangat terbatas karena pandemi Covid-19 yang memicu tumbuhnya industri rumahan.

“Blooming seven didirikan tidak niat jualan,” ungkapnya kepada Gatra.

Itu semua bermula dari kiriman madu keluarganya di Pati, Jawa Tengah yang rutin ia terima. Sejak dulu, Sukma dan keluarga memang terbiasa konsumsi madu produksi sendiri. Pengiriman semakin intens kala Sukma dan keluarga melakukan isolasi mandiri akibat terpapar Covid-19.

Tren kala itu mengirim makanan untuk mereka yang melakukan isolasi. Termasuk, Sukma dan keluarga juga mengirim ke beberapa teman. Rupanya feedback nya bagus. Madu kiriman keluarganya itu berbeda dengan madu yang biasa dijual di supermarket. Lambat laun, temannya pun mengusulkan untuk menjual madu tersebut.

“Mereka usul, kenapa gak dijual aja. Rasanya beda dibanding madu yang dijual pasaran,” ungkapnya.

Kebetulan, latar belakang Pendidikan Sukma adalah desain komunikasi visual. Dengen berbekal keterampilannya itulah ia mendesain sendiri kemasan produk madu yang dijual. Modalnya saat itu terbilang kecil, hanya Rp5 juta saja.

“Akhirnya kita coba jual ke teman terdekat. Waktu itu Namanya masih honey bee,” ungkapnya.

Tak disangka, respon konsumen semakin bagus. Bahkan beberapa diantaranya selalu memesan ulang. Lambat laun, produk madu jualannya pun semakin popular dari mulut ke mulut. Di titik inilah ia mulai semakin serius dengan berbisnis. Jalur penjualan online pun ia garap, diawali dengan membuka akun di Tokopedia dan Shoppee pada awal 2021.

Berburu Resep

Setelah memutuskan menjual produk madu asli yang didatangkan dari kebun keluarganya di Pati, Jawa Tengah, Sukma merasa perlu untuk menambah portofolio produknya. Bersama suaminya ia pun mulai berburu resep racikan minuman lainnya untuk dikembangkan menjadi produk khas Blooming Seven.

“Madu kan musiman aja, kita benar-benar cari lagi. Indonesia itu kan kaya, masa ga ada komoditi lain,” ungkapnya.

Akhirnya ia bertanya kepada sejumlah kerabat dekat, dan dikenalkan dengan petani teh di Lembang, Jawa Barat. Setelah dicoba-coba, akhirnya ia menemukan rasa dan aroma yang khas setelah mencoba beberapa sample aroma teh yang selama ini popular. Sampailah ia pada minuman teh hasil racikan yang kemudian ia namai Blooming Seven Artisantis.

Tak berhenti sampai disitu, ia terus mencari varian lain. Kali ini dengan lemon, setelah ia bertemu petani lemon. Keluarlah produk Blooming Seven Lemon Juice. Ia bahkan bertemu dengan stockist di Bali yang kemudian dikenalkan dengan petani kelapa. Dari mereka, kemudian muncullah pasokan procuk VCO.

“Gak berhenti disitu, kami terus cek tren pasar dan produk yang disukai. Produk natural yang sealiran. Akhirnya ketemu Juice Garlic,” tambahnya.

Untuk menemukan resep, ia mencari bersama dengan suaminya. Namun, suaminya banyak menangani urusan riset dan development. Garlic Juice saat ini merupakan produk paling popular, bersama dengan Madu Asli dan Lemon Juice

“Saya cari resepnya, suami bantu research dan development. Dia coba bikin resep dan akhirnya menemukan rasa yang pas,” katanya.

Sertifikat Halal dan Hak Cipta

Ekspansi pun dimulai dengan mengurus perizinan usaha, hak cipta, sertifikat halal dan izin edar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Seiring dengan proses itu, merek jual pun berganti nama menjadi Blooming Seven. Diambil dari nama putri semata wayangnya, Tujuh Asarenjana Aji. Mengambil kata ‘Tujuh’ yang artinya Seven dalam Bahasa Inggris.

Nah, sejak 2022 ia sudah berhasil mengantongi sertifikat hak cipta (HAKI), izin edar BPOM dan sertifikasi halal untuk beragam produk seperti madu, juice garlic dan Virgin Coconut Oil (VCO). Khusus untuk sertifikat halal, bahlan waktunya relative singkat tidak sampai satu bulan.

“Itu (sertifikat) semua penting, karena banyak toko gak mau terima kalau belum bersertifikat,” ungkapnya.

Menurutnya, mengurus hak cipta, sertifikat halal serta sertifikat dari BPOM itu sangat penting. Pasalnya, ia memang ingin memperluas usaha dengan ekspor ke luar negeri, tidak hany memasarkan di dalam negeri.

Untuk didalam negeri, ia juga menargetkan produknya bisa masuk ke sejumlah gerai. Ketika semua sertifikat itu ia dapatkan, jalan terbuka lebar. Tawaran untuk ikut serta acara bazar di pusat perbelanjaan pun berdatangan.

“Tahun lalu (2023) BPOM dan halal keluar, jadi kita langsung masuk ke store,” ungkapnya.

Ia melihat, masuknya Blooming Seven ke gerai dan bazar merupakan salah satu cara efektif agar produknya semakin dikenal luas. Salah satu yang terakhir ia ikuti adalah ketika BRI KC Jakarta Otista yang berkolaborasi dengan JakPreneur dengan menggelar Bazar UMKM di halaman kantor BRI KC Otista pada 25-26 Maret 2024.

Blooming Seven sendiri lokasi booth di sisi timur, dengan menjual jamu, madu murni, lemon juice, VCO, garlic juice dan artisan tea. Menurut pantauan Gatra, masing-masing produk tersebut harganya beragam, tergantung ukuran.

Jamu misalnya, dijual Rp15.000 per 330 ml, Rp40.000 per 1 liter. Sementara madu murni dijual antara Rp80.000 – Rp150.000. Sementara VCO ditawarkan dua varian, yakni Rp45.000 dan Rp75.000. Produk yang sedang digandrungi menurut Sukma saat ini yaitu garlic juice. Untuk ukuran 250 ml dijual Rp80.000 dan kemasan 500 ml seharga Rp145.000.

Timothy, penjaga stand Blooming Seven di BRI KC Otista mengungkapkan, acara ini sangat membantu Blooming Seven untuk menjangkau pasar. Dengan beragam produk yang ditawarkan, menurutnya pengunjung sangat antusias. Terlebih, transaksinya menggunakan QRIS BRI. 

"Pakai QRIS BRI lebih mudah, transaksi gak perlu kembalian," katanya. 

Ia berharap even serupa terus diadakan BRI sehingga dapat menjangkau masyarakat lebih luas. 

Sementara itu, Pimpinan Cabang (Pinca) BRI Jakarta Otista, R Mochamad Yogiprayogi berharap, dengan hadirnya bazar Ramadhan UMKM bisa naik kelas. Tidak hanya sebatas pemodalan, namun juga meningkatan skill.

Kolaborasi kali ini antara JakPreneur dan BRI KC Otista menurutnya menjadi sarana mendukung UMKM.

“Di JakPreneur setahu saya ada training, termasuk kurasi kemasan dan standar halal. Otomatis skill meningkat,” pungkasnya.

87