Home Politik Dikabarkan Anaknya Gagal dalam Pemilu, Kades Tutup Pasar

Dikabarkan Anaknya Gagal dalam Pemilu, Kades Tutup Pasar

Larantuka, Gatra.com - Pemilu memang sudah usai. Namun tampaknya tidak semua bisa menerima hasil perolehan suara. Contoh, salah satu calon anggota legislatif (caleg) DPRD di Desa Sagu, Kecamatan Adonara Tengah, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Karena gagal meraih suara terbanyak, kabarnya, sang ayahnya yang juga Kepala Desa Sagu, Syaiful menutup pasar Desa di Waihala sejak 18 April hingga sekarang.

Alkisah, begitu mengetahui perolehan suara anaknya yang caleg nomor 5 Partai Gerindra dari daerah pemilihan satu tidak memungkinkanya lolos ke DPRD Flores Timur, keesokan harinya 18 April 2019, bersama beberapa sanak keluarganya sang kades memasang plang Pasar ditutup.

Akibatnya, hingga kini, masyarakat terpaksa mencari pasar di Desa lain untuk menjual dan membeli kebutuhan. Valentinus (45 tahun) warga Desa Sagu membenarkan pasar Waihala ditutup sejak 18 April 2019 lalu hingga sekarang.

“Ya, pasar ditutup oleh Bapak kepala Desa sejak 18 April 2019 lalu. Bapak Kades kecewa karena anaknya yang caleg dari Partai Gerindra gagal meraih suara dari desa Sagu. Mayoritas warga pilih caleg lain ,” kata Valentinus kepada Gatra.com Senin malam (29/4).

Wakil Bupati Flores Timur Agus Payong Boli membenarkan pasar Waihala di Desa Sagu ditutup oleh Kepala Desa sejak 18 April lalu. permasalahan ini masih ditangani tim dari Pemkab.

“Saya sudah minta Camat mendekati Kepala Desa. Kami berupaya menyelesaikan sesuai budaya, adat Lamaholot," kata Agus Boli.

Wabub Agus Payong Boli percaya penutupan Pasar Sagu bisa diselesaikan dengan Budaya Lamaholot. 'Kakan Keru-arin Baki, Pupu Hugu,Tobo Baun.' Artinya berkumpul bermusyawarah dari hati ke hati dengan suasana sebagai kakak adik bersaudara di dalam rumah besar.

“Saya akan turun kesana untuk menyelesaikan persoalan ini dalam waktu dekat ini. Kami akan pakai adat Lamaholot. Karena kepala Desa adalah seorang raja/bangsawan setempat, saya optimis lewat pendekatan adat beliau pasti menerima,” kata Agus.

Agus meminta agar penutupan pasar Waihala di Desa Sagu itu tidak dikaitkan dengan politik urusan Pemilu. Meski memang salah seorang anak Kepala Desa Sagu menjadi calon anggota legislatif.

“Segala sesuatunya selalu dihubung-hubungkan dengan politik. Karena sekarang memang musim politik. Saya katakan tidak ada hubungan dengan politik, karena anak kepala desa tidak mendapat suara banyak Pemilu lalu. Ini hanya miskomunikasi saja,” tegas Agus.

Karena itu Agus mengharapkan agar semua menahan diri. Jangan terprovokasi karena penutupan pasar ini. “Saya sudah minta Camat agar memotivasi warga disana. Jangan terprovokasi apalagi main hakim sendiri. Harus mengalah untuk kepentingan yang lebih besar tanpa melihat siapa salah siapa benar,” katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Sagu, Syaiful saat dikonfirmasi tak menanggapi permintaan Gatra.com untuk wawancara.

Antonius Un Taolin