Home Politik Mahasiswa Papua Diancam Dibunuh Ormas Bila Keluar Asrama

Mahasiswa Papua Diancam Dibunuh Ormas Bila Keluar Asrama

Surabaya, Gatra.com- Asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Pacar Keling, Surabaya disatroni seratusan lebih massa dan organisasi masyarakat (ormas), Jumat (16/8) sore hingga malam.

Sejumlah 15 mahasiswa, terdiri dari dua orang mahasiswi, 12 orang mahasiswa serta seorang warga Papua yang sedang sakit, terkurung di dalam asrama tersebut.

"Mahasiswi dua orang, mahasiswa 12 orang ditambah Bapak Felik sedang sakit jadi kami 15 orang terkurung," kata Juru bicara mahasiswa Papua, Dorlince Iyowau, Jumat (16/8) malam saat dihubungi melalui telepon.

Mahasiswa asal Papua itu diancam jika keluar dari asrama bakal dibunuh oleh massa dan ormas yang tengah berada di depan asrama.

"Di awal tadi ancamannya, kalian (mahasiswa asal Papua) gak usah keluar, sampai jam 12 (malam) kami tunggu dan bunuh. Kayak gitu kata-kata teror yang sempat dikeluarkan," ujar Dorlince.

Berdasarkan pantauan Gatra.com di lokasi, listrik asrama tersebut mati sehingga dari luar tampak kelihatan gelap.

Baca juga: Temui Polisi, Kuasa Hukum Mahasiswa Papua Minta Klarifikasi

Dorlince menuturkan lampu sengaja dimatikan karena setiap mahasiswa dalam asrama terlihat lalu-lalang, massa dan ormas berusaha untuk menyerobot masuk.

"Kami tadi semakin direpresi bahkan ketika kami lalu lalang langsung diteriaki, dilempari kemudian mereka berusaha untuk menyerobot masuk. Jadi kami dibelakang sengaja kami matikan aliran listriknya," ujarnya.

Dorlince menilai sikap massa dan ormas tersebut sangat tidak manusiawi. Padahal sebagai manusia, mahasiswa asal Papua juga punya pikiran dan perasaan.

"Kami tahu bahwa itu bagi kami perilaku-perilaku tidak manusiawi yang kami dapatkan. Tapi bukan cuma di Surabaya, Malang pun terjadi, dibeberapa kota sekaligus masih rasis. Jadi kalau dibilang tersinggung ya kami tersinggung karena kami juga punya pikiran perasaan. Tapi kami berusaha tidak meladeni itu semua," ucapnya.

Selain itu, ia juga mengaku ingin menjelaskan kepada masyarakat ihwal stigma buruk yang selama ini selalu dilekatkan kepada mahasiswa Papua itu tidak tepat.

"Kami mau bilang bahwa kami tidak seperti itu. Kami menghargai lingkungan yang kami ada masyarakat di sekitar," ucapnya.

Kalau pun ada gerakan atau demonstrasi mahasiswa Papua selama ini, tambah Dorlince, itu adalah upaya untuk menyuarakan ketertindasan masyarakat Papua.

"Sementara untuk perlawanan kami, itu perlawanan berdasarkan sejarah dan kami tidak melawan masyarakat sekitar kami atau apapun, tapi kami melawan kolonialisme, kemudian imprelialisme dan kapitalisme yang ada tersebar di tanah Papua," tutur dia.

Sebelumnya diberitakan, sekira seratusan lebih massa dan ormas mendatangi asrama Papua lantaran dipicu beredarnya di media sosial WhatsApp, gambar tiang bendera di depan asrama tersebut dipatah-patahkan oknum yang diduga mahasiswa Papua. Kemudian bendera itu dibuang ke selokan.

Menyadari urusan bendera itu bakal berbuntut panjang, Dorlince siap memberikan klarifikasi kepada massa dan ormas dengan jalan damai atau melalui jalur hukum. Namun, massa menolak dan melontarkan kata-kata rasis.

"Kita klarifikasi bersama tapi mereka menolak itu, mereka menunjuk kami bilang monyet, anjing, babi. Mereka menuntut kami untuk keluar," pungkas Dorlince

24346