Home Gaya Hidup SAD: Kami ke Jambi Mau Jenguk Keluarga yang Ditahan di Polda

SAD: Kami ke Jambi Mau Jenguk Keluarga yang Ditahan di Polda

Tebo, Gatra.com - Sejumlah Suku Anak Dalam (SAD) Kabupaten Tebo yang mayoritas anak-anak dan ibu-ibu bertekad tetap berjalan kaki ke Jambi. Tujuannya, mereka ingin menjenguk keluarga mereka yang ditahan di Polda Jambi.

Selama di perjalanan, sekitar 20 orang SAD ini membawa bekal seadanya, "Kita bawa tenda, tikar, periuk, dan sedikit makanan. Nanti di mana kami mau istirahat, di sana kami buka tenda, masak dan istirahat," kata salah seorang perempuan SAD, Kata Sanggul yang akan berjalan kaki ke Jambi, Jumat (23/8).

Baca Juga: Puluhan SAD Tebo Mulai Jalan Kaki ke Polda Jambi

Kata Sanggul mengatakan anaknya, Suni sudah sebulan lebih ditahan di Polda Jambi. Namun sampai saat ini dia tidak pernah mendapat penjelasan terkait penahanan anaknya itu. "Dari kemarin-kemarin katanya bakal ada yang datang ke tempat kami, mau kasih penjelasan soal anak kami yang ditahan di sana. Tapi sampai sekarang tidak ada yang datang. Makanya kami putuskan untuk ke Jambi," ujarnya.

Kata Sanggul sangat mengkhawatirkan kondisi anaknya. Apalagi ada yang bilang, anak dan keluarganya yang ditahan di Polda Jambi kondisi tubuhnya sudah sangat kurus. "Kemarin ada yang telepon kelompok kami. Dia mengatakan kalau keluarga kami yang ditahan menangis terus dan minta dijenguk. Betapa sedihnya kami dengar kabar itu," katanya.

Meski kondisi Kata Sanggul terlihat sudah kurus, namun dia memutuskan untuk tetap berjalan kaki ke Jambi. "Daripada kami mati di hutan, lebih baik kami mati di jalan. Yang penting kami sudah berusaha untuk melihat anak kami yang ditahan di Polda. Mau kembali ke rumah juga enggak bisa. Rumah kami habis dibakar. Mau makan juga enggak ada yang bisa dimakan. Tanaman kami sudah habis dibabat (dirusak dan di tebang)," katanya pula.

Kata Sanggul sangat menyayangkan penangkapan keluarga dan anaknya itu. Menurut dia, selama ini kelompok mereka selalu menurut arahan pemerintah dan selalu berbuat yang terbaik.

"Kami diminta jangan berpindah-pidah, sekarang kami sudah hidup menetap dan punya rumah. Kami diajarkan berkebun, sekarang kami sudah berkebun. Tapi mengapa sekarang rumah kami dibakar, kebun kami dirusak. Anak-anak kami yang selama ini belajar dan dipekerjakan di PT WKS, kok malah ditangkap," ujarnya.

Hal yang sama juga dikatakan Ketua Adat SAD, Sril. Dia mengaku mendampingi kelompoknya itu ke Jambi karena khawatir bakal terjadi hal yang tidak diinginkan selama di perjalanan.

"Ini banyak anak-anak yang ikut ke Jambi, takutnya nanti ada yang hilang di jalan. Ini ada juga yang lagi sakit makanya harus saya dampingi. Ini tugas saya sebagai ketua adat untuk menjaga mereka. Saya tidak mau nantinya disalahkan secara adat karena tidak mendampingi dan mengurus mereka," kata Sril menjelaskan keberadaannya di kelompok tersebut.

Sril mengatakan jika kelompoknya yang pergi ke Jambi saat ini adalah anak-anak, yang bapaknya ditahan di Polda. Begitu pula istri, yang suaminya ditahan di sana. Namun masih ada beberapa warga yang tak bisa ikut ke Jambi karena kondisinya sudah sangat kritis dan bersembunyi di dalam hutan.

"Makanya kami harus ke Jambi melihat keluarga kami yang ditahan di Polda. Jika kondisinya baik-baik dan sehat, akan kami jelaskan kepada keluarga kami di hutan agar mereka mau kembali berkumpul. Kalau kami belum melihat keluarga kami yang ditahan di sana, apa yang mau kami jelaskan kepada keluarga kami di dalam hutan. Wajar kami ke sana untuk menjenguk keluarga kami," katanya.

Pantauan Gatra.com, Kapolres Tebo, AKBP Zainal Arrahman beserta jajaran berupaya untuk memberi pengertian kepada warga SAD tersebut agar mengurungkan niat mereka berjalan kaki ke Jambi. Bahkan, warga SAD ini telah berkomunikasi dengan keluarga mereka yang ditahan di Polda Jambi melalui video call.

"Sudah lihat dan dengar sendiri. Mereka sehat dan baik-baik saja. Jadi jangan khawatir dengan keluarga yang di sana (Polda). Mereka diperlakukan sebaik mungkin," kata Zainal Arrahman kepada warga SAD.

Meski sudah mendengar dan melihat langsung keluarga mereka yang ditahan di Polda Jambi melalui video call, namun warga SAD ini tetap ngotot ke Jambi. "Kami tetap ke Jambi. Kami mau menjenguk keluarga kami yang ditahan di Polda," kata warga SAD yang lain.

Pendamping SAD, Ahmad Firdaus mengatakan jika tindakan warga SAD yang nekat berjalan kaki ke Jambi ini sudah keempat kalinya. "Kami sudah berupaya menahan mereka agar tidak ke Jambi tapi mereka tetap bersikeras mau ke Jambi. Ya, kami tidak bisa berbuat apa-apa lagi," kata Ketua Yayasan Orang Rimbo Kito (ORIK) ini.

Menurut Firdaus, ada beberapa penyebab yang membuat warga SAD dampingannya tersebut nekat berjalan kaki ke Jambi. Di antaranya, mereka sudah tidak punya tempat tinggal lagi karena rumah mereka habis dibakar. Mereka pun tidak punya makanan karena kebun mereka sudah habis dirusak.

"Pakaian yang mereka punya cuma tinggal di badan itulah. Selebihnya ikut terbakar bersama rumah mereka. Begitu juga dengan peralatan masak dan lainnya, semua sudah habis terbakar," kata Firdaus.

Selain itu, kata Firdaus, warga SAD tersebut ke Jambi karena bosan menunggu Tim Terpadu yang berjanji akan mengunjungi mereka. "Sudah sebulan lebih mereka menunggu tapi tidak juga ada yang datang ke tempat mereka. Sementara, kondisi mereka semakin memprihatinkan sekali. Tidak ada makanan, tidak ada pakaian dan tempat tinggal," ujarnya.

Lagi pula, banyak isu yang beredar di tengah-tengah warga SAD yang membuat mereka ketakutan. Mulai dari isu semua warga SAD akan ditangkap. Isu soal keluarga mereka yang ditahan di Polda Jambi disiksa, tidak diberi makan dan lain sebagainya,.

"Yang terbaru, ada yang menelepon mereka menyampaikan warga SAD yang ditahan di Polda menangis terus. Badannya kurus dan minta dijenguk. Itu yang membuat mereka memaksakan diri ke Jambi untuk menjenguk," kata Firdaus.

1925