Home Milenial Soal UN dan Tes Masuk Perguruan Tinggi Beda, UN untuk Apa?

Soal UN dan Tes Masuk Perguruan Tinggi Beda, UN untuk Apa?

Jakarta, Gatra.com - Perdebatan rencana penghapusan Ujian Nasional (UN) berujung pada kritik sistem pendidikan yang sekarang diterapkan di Indonesia. UN sudah tidak lagi menjadi standar kelulusan para pelajar. Kehadiran UN dirasa sudah tidak memiliki arti, namun tuntutan belajar untuk UN tetap membebani para pelajar.

Bagi para pelajar kelas 12, ujian yang dihadapi bukan hanya UN, melainkan juga tes masuk perguruan tinggi. Kedua ujian ini memiliki standar soal yang berbeda dan para pelajar dituntut untuk mempelajari keduanya.

"Hasil UN sendiri tidak dipakai ketika mau masuk perguruan tinggi, yang dipakai itu hasil seleksi bersama, ada tes lagi," kata Lutvianto Pebri Handoko, CEO Aku Pintar, dalam diskusi "Merdeka Belajar, Merdeka UN!" di Menteng, Jakarta, Sabtu (14/12).

Perbedaan standar soal kedua ujian ini membuat para pelajar menambah jam belajarnya dengan mengikuti bimbel di luar jam sekolah. Jadwal yang padat ini membuat mereka kehabisan waktu untuk mencari tahu minat dan bakatnya. Hal inilah yang menyebabkan banyak pelajar di Indonesia merasa salah jurusan.

"Datanya udah ada, banyak yang merasa salah jurusan. Jadi, hasilnya 71,7% orang bekerja rata-rata tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan," ungkap Pebri.

Sementara itu, Anggota Komisi X DPR RI, Putra Nababan, menanggapi fenomena ini. Sebagai orang tua, dia merasakan beban belajar yang dilalui oleh anaknya.

"Satu jam sebelum jadwal sekolah, anak saya harus mengikuti jadwal belajar tambahan khusus untuk persiapan UN. Ini artinya ada hal-hal yang tidak dipelajari selama waktu sekolah, sehingga mereka harus belajar ekstra khusus untuk UN," ujarnya.

Pebri menambahkan, beban belajar ini lebih berat dirasakan oleh para pelajar di daerah. Di kota besar, fasilitas bimbingan belajar mudah untuk didapatkan. Sedangkan di daerah, sebagian pelajar harus ke luar kota untuk mengikuti bimbel, bahkan ada juga pelajar mengikuti lebih dari satu bimbel.

"Di daerah sangat merasakan sekali, kalau enggak ikut bimbel sangat berat. Belum lagi persiapan masuk perguruan tingginya," ujar Pebri.

Reporter: IMS

430