Home Kesehatan Konversi Lahan Sebabkan Krisis Air Bersih Purbalingga Meluas

Konversi Lahan Sebabkan Krisis Air Bersih Purbalingga Meluas

Purbalingga, Gatra.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, menengarai konversi lahan, baik di perkebunan penduduk maupun kawasan hutan, menyebabkan krisis air bersih semakin berdampak luas.

Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Purbalingga, Muhsoni, mengatakan bahwa kini lahan pertanian lebih banyak ditanami komoditas musiman yang tak bisa menyimpan cadangan air untuk kemarau. Adapun di hutan, ada perubahan jenis tanaman keras.

“Kalau di hutan, dari tanaman jati, kemudian ke pinus. Kemudian ganti lagi dengan tanaman yang daya simpan airnya tidak baik. Tetap itu ada pengaruhnya,” katanya, Sabtu (20/7).

Akibatnya, tanpa naungan dan pohon yang bisa menyimpan air, mata berkurang debitnya. Contohnya, di Kecamatan Kutasari bagian atas. Wilayah yang berada di lereng Gunung Slamet justru terdampak kemarau panjang dan mengalami krisis air bersih.

“Kalau Kutasari bagian bawah justru tidak terlalu terdampak,” katanya.

Hingga Jumat (19/7) sore, BPBD telah mengirimkan sebanyak 312 tangki bantuan air bersih untuk 32 desa di 12 kecamatan. Sebanyak 262 tangki di antaranya berasal dari BPBD yang bersumber dari APBD Purbalingga. Adapun 50 tangki lainnya merupakan bantuan dari perusahaan melalui Corporate Social Responsibility (CSR).

“Volume air mencapai 1.469.000 liter untuk 1.428 keluarga yang terdiri dari 5.348 jiwa,” jelasnya.

Dia mengklaim, meski jumlah desa yang terdampak air bersih di Purbalingga bukan yang terbanyak di kawasan Banyumas Raya, dia mengklaim jumlah bantuan air bersih yang terkirim lebih banyak dari daerah lainnya. Menurut dia, itu adalah bentuk perhatian Pemkab dan pihak lainnya, agar warga Purbalingga terbantu.

Dia juga mengungkapkan, pada 2018 Kabupaten Purbalingga juga merupakan kabupaten yang realisasi bantuan air bersihnya terbanyak di Jawa Tengah. Pada 2018 BPBD Purbalingga mengirimkan sebanyak 3.018 tangki untuk 75 Desa di 15 kecamatan.

Sebanyak 6.781 keluarga dan 25.599 jiwa terjangkau oleh program bantuan air bersih ini. Kecamatan terbanyak yang mendapatkan droping air bersih adalah Kecamatan Kejobong dengan jumlah 839 tangki. “Itu saja kami masih dikejar-kejar. Dimarahi oleh masyarakat,” tuturnya.

Tahun ini, Muhsoni memperkirakan jumlah desa yang mengalami krisis air bersih kurang lebih sama dengan tahun lalu. Namun, ada kemungkinan pula berkurang lantaran ada program pipanisasi di sejumlah desa.

“Di Kutabawa, itu kan ada program pipanisasi. Kemudian ada perluasan jaringan PDAM, sumur bor,” katanya.

466