Home Internasional Kala Senjata Senilai Triliunan Milik Saudi Kalah oleh Drone

Kala Senjata Senilai Triliunan Milik Saudi Kalah oleh Drone

Riyadh, Gatra.com - Miliaran dolar telah dihabiskan oleh Arab Saudi untuk mempersenjatai diri dengan berbagai peralatan dan perlengkapan militer yang dibeli dari sekutunya di Barat. Namun semuanya terasa tak ada gunanya ketika fasilitas kilang minyak Saudi Aramco dengan gampang bobol diserang oleh peralatan yang jauh lebih murah : drone yang dilengkapi dengan misil. Hasilnya, kerusakan parah di kilang minyak itu mampu mengurangi 5,7 juta barel per hari (bph) produksi minyak mentah Saudi.

Serangan yang dilakukan oleh pemberontak Houthi itu menunjukkan bahwa Saudi tidak mempunyai pertahanan dan perlindungan yang cukup baik, terutama untuk melindungi fasilitas minyaknya yang merupakan fasilitas vital negara tersebut. Tidak hanya pertahanan dan perlindungan fasilitas vital, hal itu juga menunjukkan bagaimana rentannya pertahanan dalam negeri negara kaya tersebut padahal sedang melakukan perang yang cukup lama, sekitar 4,5 tahun dengan tetangganya Yaman.

Pihak Saudi dan sekutunya Amerika Serikat, meyakini bahwa Iran ada di balik serangan tersebut. Paling tidak, Menteri Luar Negeri dan Menteri Energi Amerika Serikat menyebutkan hal tersebut. Tuduhan itu telah dibantah Iran, dan memang pihak pemberontah Houthi pun menyebutkan bahwa kelompok mereka adalah satu-satunya yang bertanggung jawab atas serangan drone tersebut.

Seorang pejabat keamanan di pemerintahan Saudi mengakui lemahnya pertahanan negara mereka. “(Pertahanan) kami sangat terbuka. Fasilitas vital kami tenryata tidak telrindungi dengan baik,” ujarnya, seperti dilansir dari CNN. Serangan-serangan yang selama ini terjadi di Saudi, sebenarnya bukanlah serangan besar-besaran. Terbatas, namun mampu “menonjok” dan mempermalukan Saudi. Beberapa serangan “kecil” yang dilakukan oleh Houthi antara lain airport sipil, lapangan minyak milik Shaybah dan juga stasiun pompa minyak.

Serangan yang terjadi 14 September lalu ke fasilitas minyak Saudi Aramco disebut sebagai serangan terburuk di sebuah fasilitas minyak di wilayah Timur Tengah, sejak serangan yang dilakukan oleh pasukan Saddma Hussein terhadap fasilitas minyak Kuwait yang kemudian menyebabkan Perang Teluk tahun 1990-1991.

“Serangan ini seperti serangan 11 September di Amerika Serikat dulu,” ujar seorang analis pertahanan Saudi yang tak mau disebutkan namanya. “Kemana sistem pertahanan udara dan juga senjata-senjata yang dibeli Saudi dari Amerika Serikat dengan harga miliaran dolar yang tujuannya untuk melindungi negara ini? Kalau mereka bisa melakukan serangan ke fasilitas minyak Aramco dengan sangat presisi, pasti mereka juga bisa melakukan hal itu ke fasilitas vital yang lain,” ujarnya.

Sistem pertahanan udara Saudi, selama ini disokong oleh Patriot bikinan Amerika Serikat, dan terbukti sukses melindungi kota-kota utama di Saudi seperti Riyadh dan juga fasilitas lain. Hanya saja, sejak para pemberontak Houthi lebih cerdas untuk kemudian menggunakan drone, Patriot ternyata gagal melakukan tugasnya karena drone bisa mengelabui dengan jarak ketinggian di bawah radar Patriot.

Serangan drone kelompok Houthi akhir pekan lalu menunjukkan, sistem pertahanan dan militer yang berat dan mahal ternyata tidak cukup ampuh melindungi negara dan fasilitas vital pemerintahan. Perang senjata kini sudah mulai masuk babak baru.

4567