Home Ekonomi Yang Kecil Juga Harus Ikut Menikmati

Yang Kecil Juga Harus Ikut Menikmati

Jakarta, GATRAreview.com - Empat unit sepeda motor berjejer rapi di halaman perkarangan sebuah rumah, di Banjar Werdhikosala, Unggasan, Badung, Bali. Motor-motor tersebut merupakan sebagian dari motor milik Usaha Jasa Rental Motor Made. “Sebenarnya, ada 10 motor, tapi tadi pagi enam motor sudah disewa para turis asing,” kata I Made Ade Murdika Yasa, pemilik rumah sekaligus pemilik Usaha Jasa Rental Motor Made kepada A.A. Gede Agung dari GATRAReview, di penghujung September lalu.

Sudah dua tahun ini, Murdika membuka usaha jasa rental sepeda motor. Aset motor sewaannya memang tak terlalu banyak, hanya ada sepuluh unit. Maklum, Murdika merupakan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKMK). Pemuda berusia 22 tahun ini mengaku membuka usaha jasa rental motor karena melihat peluang bisnis yang cukup besar.

Di tempat tinggalnya, Unggasan, merupakan kawasan wisata Internasional. Dekat dengan objek Wisata Garuda Wisnu Kencana, juga tak jauh lokasinya dari Pantai Kuta. “Banyak turis asing yang senang berkeliling dengan mengunakan sepeda motor. Makanya saya beinisiatif buka usaha jasa sewa motor,” kata Murdika. Untuk tarif sewanya, ia mematok harga tak terlalu tinggi Rp 60.000 perhari untuk satu unit motor.

Omset Terus Naik

Untuk mengembangkan usahanya, Murdika memanfaatkan bantuan pinjaman lunak dari pemerintah berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dikhususkan bagi pelaku UKMK di sektor pariwisata. Pada Agustus lalu, ia mendapat KUR sebesar Rp 25 juta yang dipergunakannya untuk membeli lima unit motor. Bunganya ringan, hanya 0,3 % perbulan. Dulu, saat masih masih memiliki lima unit motor, omsetnya Rp 1.800.000 perbulan. Kini dengan memiliki tambahan lima unit motor, omsetnya mengalami peningkatan. “Sekarang omset saya perbulan Rp 3juta, ketuntungan bersihnya Rp2,5 juta,” ujar Murdika dengan wajah sumringah.

Pemerintah memang mendorong pelaku UKMK untuk ikut berpartispasi mengembangkan industri pariwisata nasional. Plt. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Putu Astawa mengatakan bahwa di Bali setidaknya ada 15 ribuan pelaku UKMK sektor pariwisata. Mereka ada yang bergerak di usaha jasa rental kendaraan seperti Murdika. Ada pula yang bergerak disektor kerajinan tangan atau kriya, kuliner dan lainnya.

Pembinaan terhadap para pelaku UKMK dilakukan secara berkelanjutan. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas produk dan jasa yang mereka hasilkan. Kualitas sangat penting karena konsumen mereka adalah para wisatawan yang sebagai besar wisawatan asing. Setiap tahun Dinas Pariwisata Bali melakukan pelatihan dengan melibatkan sebanyak 500 UKMK. “Serta, telah memfasilitasinya mulai dari pemasaran, cara berproduksi, memfasilitasi HKI (Hak Kekayaan Intelektual) nya, termasuk bantuan-bantuan lainya,” kata Astawa.

Pemerhati pariwisata, Ismayanti mengapresiasi langkah pemerintah menggulirkan Program KUR Pariwisata. Sebab, lanjut Ismayanti pelaku industri pariwisata jangan melulu didominasi para investor bermodal besar. UKMK perlu juga diberi ruang gerak yang luas untuk menjalankan usahanya di sector pariwisata. “Investasi pariwisata bicaranya tidak hanya skala besar tapi juga skala kecil menengah, jadi KUR Pariwisata sebuah terobosan,” kata Dosen Ilmu Pariwisata di Universitas Sahid, Jakarta ini.

Merujuk Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, ungkap Ismayati, ada 13 jenis usaha kepariwisataan. Diantaranya, jasa transportasi wisata, akomodasi wisata, makanan dan minuman atau kuliner, penyediaan akomodasi dan jasa pramuwisata. Belum lagi usaha turuannya. Jadi sangat banyak usaha kepariwisataan yang dapat dikerjakan para pelaku UKMK. “Jadi rental motor, rental sepeda, warung oleh-oleh, maka pelaku UKMK nya bisa menerima KUR Pariwisata,” tukasnya.

Kolaborasi Pentahelix

Rumah warga yang telah direnovasi menjadi homestay di kaki Gunung Merapi, Jawa Tengah (GATRAreview/Jongki Handianto/nhi)​​​

Asisten Deputi Bidang Investasi Pariwisata Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Henky Manurung menjelaskan bahwa keberhasilan suatu destinasi pariwisata tidak lepas dari peran masyarakat sekitarnya. Masyarakat menjadi bagian dari kolaborasi pentahelix (Lima unsur kekuatan) yang bisa mendukung pengembangan suatu destinasi wisata. "Community atau masyarakat itu salah satu dari lima pentahelix, selain akademisi, pemerintah, pengusaha, dan media,” kata Henky saat ditemui Angghi Novita dari GATRAreview di Jakarta, akhir September lalu.

Kemenpar mendukung perkembangan UKMK, karena dapat menjadi partner Kemenpar untuk mengembangkan destinasi-destinasi pariwisata di Indonesia. Menurut Hengky salah satu peran yang dilakukan masyarakat dalam meningkatkan pariwisata adalah dengan mendirikan homestay, mendirikan pusat kuliner, dan kerajinan. "Pengembangan homestay itu pasti UKMK, tidak mungkin pengusaha besar,” ujar Hengky.

Untuk itulah Kemenpar menggulirkan program KUR Pariwisata, yang dimulai pada 2018 lalu. Para pelaku UKMK Pariwisata dapat meminjam modal usaha melalui program KUR Pariwisata. Tahun ini, perbankan mengalokasikan anggaran sekitar Rp1,8 triliun untuk program KUR Pariwisata. Skema peminjaman juga yang sangat mudah. "Jadi masyarakat yang meminjam di sistem KUR ini bisa mendapat pinjaman mulai Rp25 juta-Rp100 juta tanpa anggunan. Tentu ini memudahkan masyarakat dalam mendapat akses permodalan,” urainya.

Pihak Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (KemendesPDTT) juga punya kepedulian yang besar terhadap pelaku UKMK Sektor Pariwisata terutama yang ada di desa.”Kita memberikan stimulasi dari sisi pembiayaan bagi mereka yang butuh modal. kemudian kita juga meningkatkan kapasitas SDM misalkan memberikan pelatihan-pelatihan bahasa asing,” kata Direktur Pengembangan Usaha Ekonomi Desa pada Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD), KemendesPDTT, Nugraha Setijo Nagoro kepada Ryan Puspa Bangsa dari GATRA Review.

Nugraha mengungkapkan bahwa saat ini sudah banyak desa yang mengalami peningkatan peronomiannya melalui sector pariwisata. Kegiatan ekonomi yang mendorong pariwisata, tidak bisa bekerja sendiri. harus terintegrasi dengan yang lain. Karena aspeknya tidak sekedar aspek produksi saja, tapi juga aspek pasca produksi. Jadi harus memenuhi semua aspek kebutuhan wisawatan. Misalnya, “Kebutuhan untuk stay, mereka perlu homestay, perlu tinggal di situ, perlu sarana prasarana transportasi, perlu makanan dan minuman,” ujarnya.

554