Home Gaya Hidup Pangeran Singasari, Raden Santri, Wisata Ziarah Gunung Pring

Pangeran Singasari, Raden Santri, Wisata Ziarah Gunung Pring

Magelang, Gatra.com - Belum ada pihak yang benar-benar serius menggarap kegiatan ziarah sebagai wisata religius. Pengelolaan lokasi, ketersediaan sarana penginapan, dan fasilitas pendukung lainnya secara umum masih kurang diperhatikan.

Padahal pasar wisata jenis ini jelas menjanjikan. Di negara mayoritas muslim tradisional yang memegang tradisi ziarah, berkunjung ke makam para ulama seperti suatu keharusan.

Meski ziarah dapat dilakukan kapan saja, bulan-bulan tertentu dalam penanggalan hijriah (Jawa), biasanya dipilih sebagai waktu paling tepat untuk mengunjungi makan para ulama.

Makam Kyai Raden Santri di Desa Gunung Pring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang misalnya, biasanya padat pengunjung di bulan Muharam. Begitu juga dengan makam-makam ulama lainnya di sepanjang Jawa.

Kyai Raden Santri bernama asli Pangeran Singasari, putra Ki Ageng Pemanahan pendiri kerajaan Mataram Islam. Berbeda dengan kakaknya, Panembahan Senopati yang meneruskan memimpin kerajaan, Pangeran Singasari memilih menepi mendalami ilmu agama.

Lama mengembara, Sang Pangeran kemudian memutuskan bermukim di bukit hutan bambu, arah barat Gunung Merapi. Di wilayah yang kemudian dikenal sebagai Gunung Pring (gunung bambu) inilah Pangeran Singasari mengajarkan Islam.

Karena dikenal alim dan pernah nyantri ke sejumlah ulama sepuh, Pangeran Singasari dijuluki warga sekitar sebagai Raden Santri. Di bukit yang secara silsilah kepemilikan dikuasai Kraton Yogyakarta di bawah Reh Kawedanan Hageng Sriwandono bagian Puroloyo, Kyai Raden Santri akhirnya dimakamkan.

Lokasi kompleks makam berada 500 meter di puncak Gunung Pring. Buat anda yang kelelahan meniti ratusan anak tangga, bisa mampir di kios-kios pedagangan makanan kecil dan salak yang ditata rapi di sepanjang jalan.

Tidak ada kesan kumuh saat kita mengunjungi kompleks makam Kyai Raden Santri. Pengelola saat ini sedang merenovasi sejumlah anak tangga sehingga nantinya jalan menjadi lebih nyaman.

Saat GATRA.com mengunjungi kompleks makam Kyai Raden Santri, Senin (7/10), kamar mandi dan tempat wudhu baru selesai diperbaiki dan diperluas. Anak tangga menuju tempat wudhu yang dulu sempit, kini dipugar sehingga lebih lapang.

Ada 2 mushola tempat shalat di kompleks pemakaman. Satu di kaki bukit dan yang lainnya persis di barat makam. Mushola yang menyatu dengan kompleks makam bahkan dibangun 2 lantai sehingga dapat menampung banyak jamaah.

Sebagai sarana pendukung, pengelola menyediakan lahan parkir luas yang dapat menampung puluhan bus penziarah. Beberapa warga juga membuka rumahnya sebagai penginapan, meskipun belum mampu menampung tamu dalam jumlah banyak.

Tidak usah khawatir sulit mencari makanan. Di sekitar lokasi parkiran banyak buka warung-warung makan yang menyajikan kuliner khas Magelang, seperti mangut beong dan lele. Semua dijamin halal.

Kementerian Pariwisata tahun ini menargetkan kunjungan wisatawan asing muslim mencapai 5 juta orang. Jumlah mereka tahun lalu mencapai 2,6 juta orang dari total 15,8 juta turis asing.

Berdasarkan riset Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), wisatawan muslim lebih boros membelanjakan uang. Rata-rata merogoh kocek US$2 ribu atau sekitar Rp28 juta. Turis asing pada umumnya hanya membelanjakan US$1,1 ribu pada setiap kunjungan.

Kemenpar melansir data terdapat sekitar 1 miliar warga muslim, terutama dari Timur Tengah yang kerap melakukan perjalanan wisata. Jumlah tersebut terus berkembang setiap tahun.

Dibutuhkan pemahaman yang tepat soal wisata halal sebagai modal menjaring para wisatawan muslim. Wisata halal adalah bagian dari industri pariwisata yang ditujukan untuk wisatawan muslim.

Pelayanan wisata halal otomatis merujuk pada aturan-aturan Islam. Disediakan pilihan produk dan jasa yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan wisatawan muslim dari mulai restoran halal dan penginapan halal.

Kemudahan akses tempat ibadah, layanan makan saat bulan Ramadhan untuk sahur dan berbuka, serta adanya fasilitas rekreasi yang tidak campur laki-laki dan perempuan menjadi kebutuhan pokok wisatawan muslim.

Namun jangan salah faham, destinasi wisata halal memiliki makna yang berbeda dengan kawasan syariah. Point utamanya terletak pada penyediaan fasilitas wisata yang ramah warga muslim, bukan penerapan aturan syariah yang mengikat wisatawan umum.

60069

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR