Home Gaya Hidup Pemahaman Seksualitas Perlu Dibahas Berbagai Perspektif

Pemahaman Seksualitas Perlu Dibahas Berbagai Perspektif

Sibolangit, Gatra.com-Pembahasan tentang seksualitas di Indonesia masih dianggap sebagai sesuatu yang tabu. Hal itu dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut masyarakat bangsa ini. Padahal sebaliknya, masalah yang berkaitan dengan seksualitas itu terus berkembang di masyarakat dan menjadi polemik berkepanjangan. Misalnya fenomena LGBT yang dalam hukum positif negara, sangat dilarang dan tidak diakui keberadaannya.

Demikian point yang terungkap dalam diskusi panel yang digelar Youth Interfaith Forum on Sexuality di Gelora Kasih, Sibalongit, Deli Serdang, Jumat sore (11/10). Diskusi dengan tema "Perspektif Agama Terkait Keragaman Iman dan Seksualitas" itu menghadirkan sejumlah kalangan agama dan budayawan.
 
Salah seorang Buddhis, Rudi Harjon, salah satu narasumber diskusi mengatakan, ajaran dalam agama Buddha lebih didasarkan atas prinsip baik tidaknya bila sesuatu dilakukan. 
 
"Jadi bukan benar atau tidak benar. Dosa atau tidak dosa. Tapi lebih kepada baik atau tidak. Karena umat Buddha itu percaya, perbuatan tidak baik itu akan berdampak tidak baik di kemudian hari. Demikian juga soal LGBT. Apakah itu baik atau tidak, mari sama-sama kita gali dari bermacam sisi," katanya.
 
Pembicara lainnya adalah Irwansyah. Irwansyah merupakan Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara. Dalam paparannya dia mengatakan, dalam menelaah Alquran sering ada beragam persepsi dari banyak sejumlah pakar. Kadang persepsi itu yang dipakai untuk membenarkan atau tidak membenarkan sesuatu hal.
 
"Saya mau bertanya, apakah kita pernah mendapati ada seseorang yang memiliki sperma dan sel telur sekaligus. Mungkin kalau yang punya dua kelamin ada," jelasnya.
 
Pemahaman dalam konteks agama lokal di Sumatera Utara, yakni Ugamo Malim (Parmalim) disampaikan Wanri Lumban Raja. Dikatakannya, ajaran Parmalim sesungguhnya ingin membuat seorang manusia lebih dekat dengan penciptanya. Hal itu bisa terjadi kalau seorang manusia hidup dalam semangat keilahian.
 
Sementara itu, dari sisi kekristenan, Darmita menjelaskan, teks-teks dalam kitab suci tidak bisa diartikan dalam kacamata kuda. Karenanya masalah keberagaman seksualitas itu harus dibahas dalam rangka pencerahan.
125