Jakarta, Gatra.com - Kepercayaan masyarakat kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menurun 40% pada Oktober 2019. Direktur Eksekutif Lembaga Survey Indonesia (LSI) Djayadi Hanan mengatakan bahwa hal itu merupakan yang terendah sejak masa reformasi. "Jadi bagaimana Anda mau menggaet orang untuk memilih Anda, sementara orang tidak percaya dengan Anda," kata Djayadi di sela-sela diskusi publik soal politisi muda di AONE Hotel, Jakarta (27/11).

Trennya, sambung Djayadi, DPR dan partai politik selalu mendapati kepercayaan terbawah dibandingkan dengan lembaga-lembaga yang lain. Karena itu, Djayadi menilai bahwa para politisi harus mencari cara bagaimana melemparkan isu-isu yang persuasif agar membuat masyarakat yakin.

Persepsi negatif kepada partai, secara umum, mayoritas masyarakat menganggap bahwa partai politik saat ini lebih banyak memperjuangkan kepentingan sendiri untuk mendapatkan jatah kekuasaan.

"Jadi kalau misalnya ada politik uang, kalau dikaitkan dengan pandangan ini, ketika Pemilu itu sesuatu yang bisa masuk akal. 'Anda datang kepada saya lima tahun sekali dan Anda itu sedang mencari pekerjaan atau mempertahankan pekerjaannya, dan untuk mempertahankan atau memperoleh pekerjaan itu Anda perlu suara saya'," kata Djayadi mencontohkan.

Hal tersebut, kata Djayadi, juga terjadi di negara-negara. Di Afrika, misalnya, Djayadi bercerita bahwa masyarakat di negara Nigeria selama ini menganggap bahwa Demokrasi adalah bagi-bagi rezeki. "Demokrasi diterjemahkan sebagai Pemilu, Pemilu artinya bagi-bagi rezeki," ujar Djayadi.