Home Politik Iyeth Bustami Dari Seniman Menuju Gelanggang Politik

Iyeth Bustami Dari Seniman Menuju Gelanggang Politik

Pekanbaru, Gatra.com - Bakal calon wakil bupati Kabupaten Bengkalis, Iyeth Bustami, menyebut statusnya sebagai seniman tidak menyurutkan langkahnya mengarungi event politik, pilkada Kabupaten Bengkalis 2020.
 
Menurutnya tempaan sebagai profesi seniman justru membuat dirinya memahami perlunya perjuangan dalam  setiap ajang yang digeluti. 
 
"Saya selama ini berjuang di Jakarta dan tetap konsisten untuk memperjuangkan kesenian tradisional Melayu, saya berjuang dari kondisi susah, sampai kondisi saat ini," terangnya di sesi konfrensi pers di kota Pekanbaru, Sabtu (22/8). 
 
Iyeth pun membenarkan tidak mudah baginya untuk mendapatkan sokongan politik sebagai kandidat di pilkada Bengkalis. Oleh sebab itu pelantun tembang Laksamana Raja Dilaut itu mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak yang mendukungnya. 
 
"Terutama kepada Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum PDI Perjuangan Bu Mega," tekannya.
 
Pada pilkada Bengkalis 2020 Iyeth menjadi bakal calon wakil bupati bagi Kaderismanto. Duet koalisi PDI P - PKB ini muncul hanya beberapa minggu jelang tahapan pendaftaran bakal calon kepala daerah September 2020.
 
Dalam kesempatan tersebut Kaderismanto mengungkapkan banyak persoalan yang mesti diurai di Kabupaten Bengkalis. Persoalan itu menurutnya dapat dijumpai pada hampir semua sektor. 
 
"Begitu banyak kebutuhan dasar masyarakat yang belum terselesaikan.  Karena itu kita berniat menggali potensi daerah. Agar sama dengan daerah lain yang tumbuh cukup pesat," tukasnya. 
 
Kabupaten Bengkalis sendiri saat ini tengah disibukan oleh lesunya aktivitas usaha perminyakan. Sejak adanya peralihan Blok Rokan dan turunnya harga minyak dunia, geliat ekonomi di kabupaten kena dampaknya. 
 
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, Kabupaten Bengkalis menerima DBH minyak senilai Rp818, 1 miliar pada tahun 2018. Angka itu terbilang besar.
 
Namun, masih kalah oleh penerimaan DBH untuk Kabupaten Bojonegoro (lokasi Blok Cepu), yang mencapai Rp2,3 triliun pada tahun yang sama. Besarnya gap DBH tersebut tidak bisa dilepaskan dari ciutnya produksi Blok Rokan dan meningkatnya produksi Blok Cepu. 

 

 
 
 
183