Home Gaya Hidup Melawan 15 Tahun, Petani Kulonprogo Tolak Tambang Pasir Besi

Melawan 15 Tahun, Petani Kulonprogo Tolak Tambang Pasir Besi

Kulonprogo, Gatra.com – Paguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP) Kulonprogo memasang 500-an spanduk penolakan atas rencana proyek pabrik dan penambangan pasir besi di pesisir Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Aksi perlawanan mereka telah berlangsung 15 tahun.

Spanduk dan bendera PPLP terpasang di sepanjang di Jalan Daendels di Kulonprogo. Spanduk-spanduk itu antara lain berbunyi, ‘Bertani atau Mati, Tolak Tambang Pasir Besi’, ‘Anda Memasuki Zona Anti Tambang’, dan ‘Pasir Besi = Petani Mati’.

Koordinator lapangan PPLP, Widodo, menjelaskan aksi ini untuk menyurakan kembali penolakan atas proyek pasir besi. “Kami tetap tinggal di sini dan bertani. Kami akan melawan siapapun yang mengganggu ruang hidup kami,” ujar Widodo, Kamis (1/4).

Selama ini, petani memanfaatkan lahan pasir di pesisir Kulonprogo untuk bercocok tanam cabai, semangka, melon, dan sayuran. Hasil bumi itu menjadi penghidupan warga dan dijual ke berbagai daerah.

Namun sejak 2005, PT Jogja Magasa Iron (JMI) berencana menambang pasir besi dan mendirikan pabrik pengolahan biji besi. Sejak itu, para petani membentuk paguyuban untuk menyuarakan penolakan atas proyek itu. Tahun lalu, PT JMI menyatakan ada 30 ribu ton sampel pasir besi dikirim ke Cina untuk dites kualitasnya.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X sempat menyatakan hasil tes itu oke dan proyek akan berlanjut. “Kalau positif, dalam arti memenuhi standarnya, ya mesti (pabriknya) dibangun,” kata dia kepada wartawan, awal Maret lalu.

Menanggapi pernyataan Gubernur DIY, Widodo mengatakan PPLP tetap bakal menolak pendirian pabrik tersebut. “Kalau (Gubernur) ke sini, kami akan sambut dengan apa yang kami punya,” tuturnya.

Widodo menyatakan pemasangan spanduk hari ini juga menjadi peringatan hari lahir PPLP Kulonprogo pada 15 tahun silam. Peringatan ulang tahun PPLP digelar sejak Rabu (31/3) malam melalui mujahadah dan potong tumpeng oleh para petani.

Paginya, para petani mulai memasang spanduk di sepanjang jalan raya yang bakal kena pelebaran dalam proyek Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) tersebut. Namun salah satu spanduk berukuran besar di ruas Desa Pleret hilang dari tempatnya kurang dari satu jam sejak dipasang.

Para anggota PPLP pun kembali ke lokasi dan memasang lagi spanduk itu. Menurut Widodo, bukan kali ini saja aksi PPLP menuai respons. Pada aksi sebelumnya di 2019, rute konvoi para petani bahkan harus dialihkan ke jalan desa yang sepi. “Jangan jera. Ini justru menunjukkan konsistensi PPLP,” katanya.

2736