Home Teknologi Sukamta Sebut Hoaks Muncul Akibat Kepercayaan Konspirasi

Sukamta Sebut Hoaks Muncul Akibat Kepercayaan Konspirasi

Yogyakarta, Gatra.com - Anggota DPR RI Sukamta membeberkan enam alasan masyarakat gemar menyebarkan berita bohong (Hoaks). Dia meminta pemerintah dan masyarakat mewaspadai hoaks semakin tinggi kualitas maupun kuantitasnya.
 
"Dari survei kecil-kecilan yang dilakukan tim secara online, ada enam alasan seseorang mudah menyebarkan hoaks," katanya dalam webinar Merajut Nusantara bertajuk "Pemanfaatan TIK Sebagai Media Edukasi Masyarakat Menghadang Cyber Crime dan Hoaks", Sabtu (17/4).
 
Alasan pertama yaitu penggunaan internet yang tinggi. Semakin tinggi biaya pengeluaran internet seseorang maka cenderung menyebarkan hoaks. Kedua, semakin tinggi kepercayaan terhadap konspirasi maka semakin tinggi kecenderungan menyebarkan hoaks, ini barangkali politik. Ketiga, Orang yang memiliki tingkat kepemimpinan (leadership) di dalam sebuah kelompok, ada kecenderungan untuk menyebarkan hoaks. Keempat, disebabkan rendahnya kepercayaan agamanya lebih rentan untuk menyebarkan hoaks.
 
"Kelima disebabkan adanya ketidakpercayaan diri dalam kecakapannya di media sosial. Dan terakhir, disebabkan kondisi masyarakat yang cenderung rendah menyebarkan hoaks. Ini menghadirkan peluang menyebarkan," kata Sukamta.
 
Dalam kondisi ini, Sukamta  mengajak semua pihak untuk mencermati hoaks karena kejahatan kriminal dan hoaks semakin luas menyebar dan berdampak ke masyarakat. Terlebih dari data kepolisian, kejahatan siber sampai akhir Maret 2021 mencapai 3.500 laporan yang masuk. Rinciannya, ada 1.048 laporan kasus atas konten  menimbulkan rasa kebencian SARA. Kemudian ada laporan penipuan online sebanyak  649.
 
"Tingginya  kuantitas penipuan ini menimbulkan kerugian yang semakin besar dari sisi nominal," lanjutnya.
 
Berdasarkan temuan itu, Sukamta mendorong pihak Kominfo memiliki kajian ilmiah kenapa orang melakukan hoaks. Kominfo juga perlu menertibkan iklan-iklan yang menyesatkan dan merugikan konsumen.
 
Sependapat dengan Sukamta, praktisi kehumasan dan komunikasi publik, Freddy Tulung memaparkan dari 170 juta pengguna internet di Indonesia. Usia 16-24 tahun mendominasi penggunaan internet hingga 9 jam. Faktor utama cepatnya penyebaran hoaks di dunia digital Indonesia dipicu oleh sifat global dunia digital yang tidak mengenal geografis dan semua orang bisa berpartisipasi. Kemudian dipengaruhi oleh rapidity atau kecepatan untuk pertukaran data dan informasi secara secepat yang menyebabkan hoaks bisa menyebar cepat. 
 
"Sembilan jam terkoneksi dengan Inter tentu akan mempengaruhi pola pikir. Ini yang harus diperhatikan karena 99 persen rakyat Indonesia menggunakan smartphone sehingga bisa diakses di mana saja dan kapan saja. Kita bersyukur karena di Indonesia, hoaks menjadi bagian dari kejahatan. Undang-undang ITE menjadi mengingatkan seseorang agar tidak melakukan kejahatan siber atau menyebar hoaks," ucapnya.
 
196