Home Lingkungan Menuju Penggunaan Energi Baru Terbarukan, Seperti Apa Komitmen Pemerintah?

Menuju Penggunaan Energi Baru Terbarukan, Seperti Apa Komitmen Pemerintah?

Jakarta, Gatra.com - Direktur Ketenagalistrikan, Telekomunikasi dan Informatika Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Rachmat Mardiana, mengatakan bahwa penggunaan listrik di Indonesia masih didominasi oleh sumber energi fosil. Namun, perubahan penggunaan sumber energi fosil harus segera diganti sebagai upaya mewujudkan Paris Agremeent dalam menurunkan suhu global hingga 2060 nanti.

"Kami berkomitmen untuk mencapai target jangka panjang net zero emission (NZE), bagaimana bisa menyediakan listrik dengan harga terjangkau, dan harus digantikan sumber energi baru terbarukan," katanya dalam diskusi bertajuk Advancing G20 Solar Leadership, Kamis (27/10).

Ia menuturkan bahwa pemakaian listrik di Indonesia secara mayoritas masih terpusat di Pulau Jawa. Selain itu, cakupan listrik di Indonesia belum sepenuhnya 100%, namun masih menyisakan sekitar 0,5-1% daerah yang belum teraliri listrik, terutama di daerah 3T.

First Counsellor - Environment, Climate Action, ICT di Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Henriette Faergemann, mengatakan bahwa potensi Indonesia dalam menuju energi baru terbarukan (EBT) sangat besar, terutama dalam hal solar atau energi matahari. Ia menuturkan bahwa kebijakan yang dikeluarkan menjadi faktor yang sangat menentukan dalam upaya mewujudukan NZE dan penggunaan EBT di Indonesia.

Senada, Chief of Operations International Solar Alliance, Joshua Wycliffe mengatakan bahwa peran kebijakan dari pemerintah menjadi faktor penentu. Hal ini membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak agar program bisa berjalan.

"Bagaimana stakeholder bekerja sama sangat penting. Kesadaran berbeda harus disesuaikan, tidak bisa bicara ke sektor lain tanpa kesamaan pandangan. Berbagai level advokasi harus dilakukan secara menyeluruh," katanya.

Namun, Joshua mengatakan bahwa diperlukan komitmen dan waktu yang panjang dalam proses mewujudkan EBT. Tanpa komitmen itu, maka prosesnya hanya akan berhenti dalam rencana dan aturan belaka.

"Transisi energi ini di atas kertas seperti mudah, tapi sebenarnya prosesnya panjang dan sulit, tidak.terjadi dalam semalam. Butuh komitmen bertahun-tahun, termasuk aksi yang berkelanjutan," ucapnya.

Peran kemajuan teknologi akan sangat berpengaruh dalam mewujudkan EBT. Selain itu, keterlibatan seluruh stakeholder dalam menyatukan tujuan tanpa mengutamakan kepentingan masing-masing juga menjadi faktor yang harus didorong. Joshua mengatakan bahwa prioritas ini harus sepenuhnya dipelihara oleh negara, termasuk dengan dukungan badan usaha terkait serta stakeholder yang terlibat di dalamnya.

121