Home Ekonomi CME Serukan Pendekatan Berbasis Sains untuk Harm Reduction

CME Serukan Pendekatan Berbasis Sains untuk Harm Reduction

Jakarta, Gatra.com - Center for Market Education (CME), kelompok kajian khusus atau think thank yang bermarkas di Kuala Lumpur, Malaysia, belum lama ini merilis paparan kebijakan ketiganya bertajuk “Toward a Science-based Strategy to Harm Reduction: A Theoretical Introduction” yang ditulis oleh Dr. Carmelo Ferlito. Dalam kajian tersebut, Ferlito memaparkan sejumlah masalah yang muncul dari pendekatan konvensional terhadap konsumsi “barang tercela” semacam tembakau.

Menariknya dalam paparan kali ini, Ferlito menggunakan sejumlah masukan dari teori dan sejarah ekonomi ke dalam kategori “konsumsi kesenangan” (pleasure consumption), yaitu konsumsi barang-barang yang lazim disebut sebagai “barang dosa” atau “tercela”, seperti alkohol dan tembakau. Masukan tersebut juga diterapkan dalam pasar “barang tercela” lainnya semisal seks dan perjudian.

Gagasan-gagasan dalam tulisan tersebut menjadi dasar perumusan strategi harm reduction (pengurangan dampak buruk) yang efektif. Ferlito beranggapan bahwa urusan kesehatan masyarakat terlampau penting untuk berkutat hanya di tataran ideologis atau menjadi ajang pertarungan idealisme belaka. Ekonomi menurutnya telah berkembang pesat dalam memahami pola dan kebiasaan konsumsi manusia sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kebijakan rasional terhadap “barang kesenangan” (pleasure goods).

“Di Malaysia, gagasan kebijakan Generational End Game telah menggiring diskusi pengurangan marabahaya (harm reduction) ke dalam ranah ideologis. Karenanya, kami merasa perlu untuk menerbitkan paparan untuk mengimbangi perdebatan yang terjadi di mana sains, bukannya ideologi, yang menjadi tolok ukur. Kesehatan terlampau penting untuk menjadi ajang pertarungan ideologis,” ucap Ferlito.

Titik tolok membangun riset tersebut adalah berpikir seperti ekonom. Berpikir seperti ekonom berarti bahwa manusia semestinya berfokus kepada tiga aspek dalam realitas: aksi, interaksi, dan konsekuensi dari aksi dan interaksi tersebut. Merujuk literatur Heyne et al bahwa aksi dan reaksi menghasilkan fenomena sosial, yang merupakan hasil dari individu yang mengambil pilihan, menjawab ekspektasi/ harapan untung atau rugi tambahan.

“Kami menganggap bahwa isu yang dikemukakan dalam paparan ini sangat relevan bagi Indonesia. Terlepas dari perbedaan signifikan antara Indonesia dan Malaysia, banyak pelajaran berharga yang dapat dipetik. Jika pemerintah serius ingin mengatur konsumsi tembakau sebagaimana yang sering digaungkan, maka hendaknya pemerintah menggunakan pendekatan baru,” tuturnya.

Ferlito menyarankan agar pemerintah tidak serta merta menghukum konsumen melalui pembatasan-pembatasan dan pemberlakuan cukai tinggi sehingga bersifat regresif. “Paparan ini menunjukkan bahwa cara yang tepat untuk menangani konsumsi produk-produk semacam tembakau hendaknya bertolak dari nalar ekonomi dan analisa trade-off yang tepat, alih-alih narasi ideologis pembuat kebijakan yang menyerobot kehendak konsumen dan individu,” katanya.

Ia beranjak dari analisis pemenang Nobel Ekonomi Ronald Coase di mana di tengah keberadaan eksternalitas hendaknya tidak gegabah membandingkan kondisi aktual keluaran pasar (market outcome) dengan kondisi ideal yang diidamkan pemerintah.

Pendekatan yang digunakan dalam paparan berawal dari gagasan bahwa setiap tindakan manusia –termasuk pembuatan kebijakan– dibatasi oleh keterbatasan pengetahuan sehingga mustahil bagi sebuah tindakan dapat serta-merta mencapai tujuan yang diinginkan. “Kompleksitas tindakan individu dan interaksi antar individu yang terjadi setiap saat harusnya mendorong pembuat kebijakan agar sadar akan keterbatasan yang ada, alih-alih merasa paling benar dan paham,” katanya.

Karena itu, pendekatan yang tepat untuk harm reduction, yakni tetap menghormati pilihan individu, dengan upaya menyuburkan iklim yang ramah inovasi, sebagai cara untuk mendorong kemunculan barang-barang yang tidak mengurangi kesenangan untuk mengonsumsi, namun pelan-pelan menghilangkan bahaya yang timbul. “Bagi Indonesia sendiri, kejujuran dan keterbukaan mengenai masalah konsumsi tembakau sangat ditunggu mengingat dampaknya yang besar terhadap kesehatan masyarakat, pembuatan kebijakan, hingga ekonomi nasional,” paparnya.

Paparan studi tersebut selengkapnya dapat diakses di website: https://marketedu.me/policy-papers/ dengan judul “Menuju Strategi Harm Reduction Ilmiah: Sebuah Pengantar Teoritis”.

76