Home Pendidikan Kemendikbud Soroti Masih Kuatnya Miskonsepsi Masyarakat Soal Calistung

Kemendikbud Soroti Masih Kuatnya Miskonsepsi Masyarakat Soal Calistung

Jakarta, Gatra.com - Direktur Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI, Muhammad Hasbi menyoroti masih kuatnya miskonsepsi yang terjadi di masyarakat terkait baca, tulis, hitung (calistung) pada proses pendidikan di sekolah dasar (SD) dan pendidikan anak usia dini (PAUD).

Salah satu contoh miskonsepsi itu, kata Hasbi, adalah praktik pembelajaran bagi anak-anak di jenjang PAUD yang kerap kali justru berfokus untuk membangun kemampuan calistung.

"Ada banyak sekali anak-anak di PAUD yang menerima pengajaran calistung secara berlebihan. Kenapa? Karena banyak sekali satuan PAUD yang sangat fokus kepada pengajaran calistung," ucap Hasbi dalam Webinar Hari Pendidikan Nasional 2023 yang digelar virtual oleh Gatra, Rabu (3/5).

Baca juga: Hardiknas, Mendikbud: 15 Juta Buku Sudah Dikirim ke PAUD dan SD Wilayah 3T

Di samping itu, Hasbi dan pihaknya juga menyoroti adanya miskonsepsi di masyarakat yang menganggap kemampuan calistung sebagai satu-satunya bukti keberhasilan belajar. Anggapan itu pun kemudian membuat kemampuan calistung pada anak akhirnya dibangun dengan cara yang instan.

"Jadi tidak dibangun secara bertahap, tapi dibangun secara instan," kata Hasbi.

Kesalahpahaman itu pula yang akhirnya membuat sejumlah sekolah di Indonesia melakukan penerapan tes calistung sebagai syarat untuk dapat memasuki jenjang SD atau setara, seperti Madrasah Ibtidaiyah (MI) ataupun kejar paket A.

Baca juga: KGSB: Berikan Konseling yang Tepat pada Korban Bullying

Hasbi menilai, pengembangan kemampuan calistung dengan cara-cara yang tidak bertahap dapat menimbulkan dampak negatif pada anak. Salah satunya, anak akan merasa bahwa belajar bukanlah suatu kegiatan yang menyenangkan, melainkan sebuah siksaan. Selain itu, anak akan percaya bahwa mereka tidak pintar saat tidak bisa calistung.

"Jadi kemampuan calistung ini dipersepsi oleh anak sebagai suatu kemampuan yang akan diasosiasikan sebagai kepintaran anak itu, dan karena tidak bisa calistung maka dia [menganggap dirinya] tidak pintar," tutur Hasbi.

Selain itu, anak yang mengembangkan kemampuan calistung secara instan cenderung belum mampu mengelola emosi serta menghargai orang lain dan anak juga belum dapat merawat diri dan barang-barang yang menjadi tanggung jawabnya.

Tak hanya itu, pembelajaran instan juga dapat menyebabkan anak tidak memahami arti suatu kata meski dapat membacanya, kemampuan anak dalam berkomunikasi menjadi kurang terasah, dan anak hanya mampu melakukan penjumlahan apabila mengurutkan bilangan karena mereka cenderung menghafal dan bukan memahami.

Baca juga: Pelajar Labuan Bajo Belajar Daring dan ASN WFH Selama KTT ASEAN Summit

Oleh karena itu, kata Hasbi, miskonsepsi akan pembelajaran calistung perlu diakhiri mulai sekarang. Ia pun mengatakan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengakhiri miskonsepsi itu.

"Yang pertama adalah, memastikan bahwa transisi PAUD ke SD ini berjalan dengan mulus. Proses belajar-mengajar di PAUD dan di SD di kelas awal harus selaras dan berkesinambungan," tuturnya.

Di samping itu, Hasbi juga memandang penting untuk membangun dasar kemampuan pada anak secara holistik. Menurutnya, setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pembinaan fondasi kemampuan holistik tersebut.

Menurut Hasbi, kemampuan mendasar yang perlu ditanamkan pada anak tak melulu terbatas pada kemampuan kognitif, namun juga terkait dengan kemampuan fondasi yang lain. Misalnya, kematangan emosi, kemandirian, dan kemampuan berinteraksi. Selain itu, ia juga menilai perlunya pembangunan kemampuan literasi dan numerasi secara bertahap dengan cara yang menyenangkan mulai dari jenjang PAUD.

"Kemudian, 'siap sekolah' dimaknai sebagai sebuah proses, bukan sebuah hasil. Jadi, 'siap sekolah' bukanlah upaya pelabelan antara anak yang sudah siap atau anak yang belum siap, melainkan proses atau journey yang perlu dihargai oleh satuan pendidikan dan orang tua secara bijaksana," tandas Hasbi dalam kesempatan itu.

167