Home Kesehatan Dokter Spesialis Paru-Paru Dorong Pasien Asma Kurangi Ketergantungan Pada Obat Pelega

Dokter Spesialis Paru-Paru Dorong Pasien Asma Kurangi Ketergantungan Pada Obat Pelega

Jakarta, Gatra.com - Dokter Spesialis Paru-Paru, dr. Mohamad Yanuar Fajar menjelaskan perlunya pasien asma untuk mengkombinasikan penggunaan obat pelega atau SABA (Short-Acting Beta-Agonist) dengan obat pengontrol atau LABA (Long-Acting Beta-Agonist). Yanuar mengatakan, penanganan asma tidak akan efektif jika hanya menggunakan obat pelega.

Berdasarkan cerita dari para pasiennya, dokter yang berpraktik di RSUD Pasar Minggu ini mengatakan, obat pelega hanya boleh digunakan saat terjadi serangan asma saja. Selama ini, banyak pengidap asma yang tidak menggunakan LABA sehingga asma mereka sering kambuh.

"Obat pelega hanya SABA (Short-acting beta-agonist) yang offset-nya cepat. Kalau pengontrol, dia memakai ICS (inhaled corticosteroids) ada steroidsnya untuk mengontrol inflamasi," ucap Yanuar dalam diskusi daring pada Rabu (10/5).

Ia menjelaskan, LABA ICS harus dipakai satu hari dua kali karena per pemakaian kerjanya sampai 12 jam. Yanuar juga menjelaskan, asma adalah penyakit kronik sehingga inflamasi pada saluran pernapasan yang harus terus ditangani.

Jika pasien selama ini hanya menggunakan SABA, hal ini bisa menyebabkan ketergantungan. Yanuar mengatakan, hal ini bisa diatasi dengan mengurangi penggunaan SABA kecuali terjadi serangan asma.

"Jadi, obat pelega itu jangan dipakai dulu kecuali pas serangan. Pakai pengontrol dengan ICS LABA. Kita lihat dulu tiga bulan, enam bulan, apakah gejalanya akan turun," kata Yanuar.

Ia menegaskan, penggunaan obat pengontrol diperlukan agar pasien dapat menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa banyak gangguan. Dengan kombinasi obat pelega dan pengontrol, diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup para pengidap asma.

148