Home Ekonomi Kadin: Daripada Jateng, DIY Unggul untuk Lokasi Baru Pabrik

Kadin: Daripada Jateng, DIY Unggul untuk Lokasi Baru Pabrik

Yogyakarta, Gatra.com – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan seharusnya DIY menjadi pilihan bagi perusahaan yang memindah pabriknya. Dibanding ke daerah lain, termasuk Jawa Tengah, DIY diklaim punya banyak keunggulan.

Kepada Gatra.com, Kamis (5/12), Wakil Ketua Bidang Hukum dan Etika Bisnis Kadin DIY Muh Irsyad Thamrin berkata salah satu kelebihan DIY adalah rendahnya upah minimum provinsi (UMP).

“Tidak hanya itu, kualitas sumber daya manusia DIY dan kebijakan oleh pemerintah daerah yang tak sering berganti, karena Gubernur tidak pernah diganti, menjadi kelebihan lainnya,” kata Irsyad.

Menurut dia, tiga keunggulan ini menjadikan DIY kawasan yang menjanjikan untuk investasi baru bagi pengusaha. Kadin berharap beberapa perusahaan dari Jawa Timur yang memindah usahanya ke Jawa Tengah juga melirik DIY.

Selain itu, keberadaan Bandara Internasional Yogyakarta (BIY) dan pembangunan jalan tol akan mendukung pengiriman barang dari dan keluar DIY.

“Ini belum lagi dengan rencana pemerintah yang akan membangun pelabuhan. Semua askes ini saya kira akan mendukung produktivitas ekspor,” lanjut Irsyad.

Irsyad mengakui memang saat ini investasi yang masuk ke DIY didominasi oleh perusahaan teknologi dan informasi serta pariwisata. Namun ia yakin, dalam beberapa tahun mendatang, investasi berbasis manufaktur akan masuk DIY.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY Budi Wibowo mengatakan memang banyak investor yang tertarik berinvestasi di DIY.

“Namun kami bermasalah di ketersediaan lahan yang terbatas. Jika investor menginginkan lahan di atas 20 hektar, pasti tidak akan dapat di DIY,” jelasnya.

Budi mengatakan DIY memang telah memiliki kawasan ekonomi khusus (KEK) yang membentang dari Parangtritis di Bantul sampai Cangkringan di Sleman. Namun kawasan itu belum aktif karena menanti peraturan presiden (PP).

Karena itu, kepada tiga investor Thailand yang akan memproduksi boneka dan tekstil, Budi meminta mereka memberdayakan warga dengan melakukan produksi di rumah warga dan menyetor ke pabrik.

“Tapi di KEK, kebutuhan hamparan untuk pendirian pabrik hanya mungkin mencapai 15 hektar,” ujarnya.

Dalam laporan tahunan Bank Indonesia Perwakilan DIY pada Kamis (5/12), pertumbuhan investasi bangunan di DIY turun 6,48 persen di triwulan ketiga tahun ini. Padahal di dua triwulan sebelumnya pertumbuhan investasi bangunan mencapai 10,31 persen dan 10,97 persen.

Meski turun, investasi bangunan akibat pembangunan BIY ternyata berdampak pada kenaikan investasi. Dari sektor swasta, pada triwulan ketiga ini investasi mencapai Rp2,5 miliar, padahal di triwulan kedua Rp1,3 miliar.

“Penanaman modal dalam negeri (PMDN) juga mengalami peningkatan di triwulan ketiga di mana mencapai Rp2,5 miliar, naik dua kali lipat dibandingkan sebelumnya yang hanya Rp1,2 miliar,” kata Kepala BI Yogyakarta Hilman Tisnawan.

BI Yogyakarta menilai BIY menjadi magnet masuknya investasi ke DIY dan diprediksi akan terus meningkat. Tidak hanya itu, kemudahan perizinan oleh Pemda DIY juga menjadi daya tarik lain.

798