Home Milenial Kemenristekdikti Evaluasi Diaspora yang Minim Kontribusi

Kemenristekdikti Evaluasi Diaspora yang Minim Kontribusi

Jakarta, Gatra.com - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) akan mengevaluasi efektivitas biaya yang dikeluarkan untuk Diaspora. Nantinya, Diaspora yang tidak banyak berkontribusi terhadap pengembangan riset di Indonesia berpotensi untuk tidak lagi didanai oleh kementerian.

Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti Kemristekdikti, Ali Ghufron Mukti, dalam kegiatan Simposium Cendekiawan Kelas Dunia (SCKD), Jakarta, Senin (19/8), menyampaikan, upaya tersebut penting untuk mendorong kontribusi diaspora. Apalagi Kemenristekdikti saat ini tengah menyelenggarakan kegiatan SCKD 2019 yang mengundang diaspora Indonesia di luar negeri, dengan menggunakan anggaran kementerian.

Baca juga: Ini Tuntutan Diaspora Indonesia Kepada Pemerintah

"Kami akan evaluasi terkait kontribusi diaspora dalam pengembangan riset. Nanti kalau ada yang kurang berkontribusi maka akan tidak akan kami undang kalai ini [SCKD] ada lagi. Kalau mau datang boleh tapi tidak dibiayai, silakan pakai biaya sendiri. Supaya pendanaan yang kami lakukan efektif dan jelas," kata Ali Ghufron.

Lebih lanjut, Ali Ghufron juga mengatakan bahwa saat ini kementerian telah menetapkan beberapa pengukuran untuk melihat kontribusi dari diaspora Indonesia. Menurutnya, ada empat poin pengukuran. Pertama, dari sisi kolaborasi antara diaspora dan peneliti di luar negeri. Kedua, dari jumlah riset bersama (joint research) yang dihasilkan.

"Ketiga, itu kami lihat dari publikasi bersama (joint publication) jumlahnya yang masuk jurnal bereputasi itu berapa. Dan terakhir kami lihat dari apakah ada hasil dari proposal yang bisa menarik dana dari luar negeri," ujar Ali Ghufron.

Baca juga: Diaspora Connect: Aplikasi Pemersatu Diaspora Indonesia

Terakhir, Ali Ghufron nengharapkan bahwa di tahun ini kontribusi dari diaspora Indonesia dapat meningkat dari tahun sebelumnya. Apalagi melalui SCKD ini, sebetulnya banyak ilmuan dan karya dari Indonesia yang layak untuk dibawa ke kancah internasional.

"Tahun lalu yang tidak berkontribusi itu angkanya di bawah 20%. Kalau bisa dikatakan memang semua memang berkontribusi, namun jika kontribusi tidak sangat signifikan, tidak kami undang lagi," katanya.

260