Home Teknologi Peniliti Lingkungan Ingin Bentuk Indonesia Mangrove Society

Peniliti Lingkungan Ingin Bentuk Indonesia Mangrove Society

Banyumas, Gatra.com - Sedikitnya 353 peneliti dari berbagai lembaga pemerintah, masyarakat dan universitas di Indonesia serta luar negeri mengagas "Indonesia Mangrove Society" pada acara International Conference on Mangrove and Its Realted Ecosystems (ICoMIRE 2019) di Hotel Java Heritage Purwokerto, Kamis (22/8). Perkumpulan tersebut akan mendorong upaya penyelamatan kawasan mangrove di Tanah Air.

Dekan Fakultas Biologi Unsoed, Imam Widhiono mengatakan, seminar ini menjadi ruang penyamaan persepsi untuk melakukan rehabilitasi mangrove secara bersama-sama. Sebab, upaya penyelamatan mangrove tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja.

"Kalangan dunia usaha, NGO, masyarakat dan lainnya, semuanya dilibatkan dalam rehabilitasi mangrove. Maka dalam konferensi mangrove internasional ini juga dibentuk Indonesian Mangrove Society (IMS). Selain itu, pertemuan diharapkan semakin memperkuat kerja sama demi terjaganya kawasan mangrove untuk kesejahteraan umat," katanya. 

Menurut dia, mangrove merupakan aset karbon biru yang tersimpan di samudra dan ekosistem pesisir, termasuk karbon pantai. Di sisi lain, hutan bakau ini juga menyediakan layanan dan jasa sosial yang sangat beragam bagi kesejateraan manusia.

Imam menuturkan, perubahan iklim global dan campur tangan manusia telah menyebabkan hilangnya sepertiga luasan mangrove dalam tiga dasawarsa terakhir. Sebuah data riset tahun 2018 lalu, kawasan ini berkurang 1-2 persen per tahun. The Global Mangrove Alliance States juga menyebutkan bahwa dunia bakal kehilangan 50 persen kawasan mangrove dalam kurun waktu 50 tahun.

Dia mengatakan, ajang ICoMIRE 2019 yang diselenggarakan Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto bekerja sama dengan Kementerian Koordinator (Kemenko) Kemaritiman, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) pada 19-23 Agustus 2019 ini, dihadiri oleh berbagai kalangan. Mulai dari akademisi, lembaga swadaya masyarakat, perwakilan dinas dari provinsi Jawa Tengah, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutang Lindung Serayu Opak Progo (BPDASHL SOP) serta peneliti dari berbagai universitas dan lembaga di Indonesia serta dari luar negeri.

"Kami juga mengundang para pembicara kunci dan pembicara tamu dari berbagai Negara seperti Jepang, Vietnam, Filipina, dan Indonesia. Total peserta yang hadir lebih kurang 353 orang," kata dia.

Adapun Deputi II Bidang Koordinasi Sumberdaya Alam dan Jasa Kemenko Bidang Kemaritiman, Agung Kuswandono mengatakan, Indonesia telah kehilangan hutan mangrove seluas 1,8 juta ha. Oleh karena itu, pada 2019 dimulai inisiasi untuk rehabilitasi hutan mangrove yang ditargetkan terwujud hingga lima tahun mendatang.

"Di setiap lokasi bakal dilibatkan universitas terdekat. Misalnya di Jawa bagian selatan, dilibatkan Unsoed. Kemudian di Pantura akan melibatkan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Kemudian di Sumatera juga bekerja sama dengan universitas di sana," kata dia.

836