Home Ekonomi Tangkal Produk Murah, UKM Jateng Usulkan Koperasi Waralaba

Tangkal Produk Murah, UKM Jateng Usulkan Koperasi Waralaba

Cilacap, Gatra.com – Pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) meminta pemerintah tak hanya fokus memperkuat ekspor untuk meraup devisa. Pasalnya, pasar dalam negeri pun terancam dengan membanjirnya produk murah dari mancanegara, terutama Tiongkok.

Ketua Asosiasi Pengusaha Oleh-Oleh (ASPO) Jateng, Ratiman mengatakan dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta, Indonesia adalah pasar yang sangat prospektif. Karenanya, pemerintah pun mesti memperkuat produk dalam negeri untuk menangkal barang-barang murah dari luar negeri.

Dia mengusulkan agar pemerintah memfasilitasi koperasi waralaba, yang mirip dengan pasar modern berjaringan. Koperasi berjaringan ini akan menampung dan memasarkan produk-produk dari satu wilayah ke wilayah lainnya agar merata.

Lebih baik lagi, kata dia, jika koperasi waralaba ini diperkuat dengan koperasi simpan pinjam. Anggota yang merupakan jaringan UKM produksi hingga pemasaran akan saling bekerja sama untuk memasarkan dan memperkuat produk dalam negeri.

“Misalnya dibangun di satu kabupaten, maka di Cilacap ada 24 kecamatan, bikin jaringan pemasaran sebanyak itu. Kalau provinsi, berarti setidaknya ada 35,” ucapnya.

Menurut dia, dalam perang dagang dunia, yang pertama dilakukan adalah agar produk lokal menguasai pasar dalam negeri. Satu-satunya yang bisa melindungi produk dalam negeri adalah pemerintah, dengan suprastruktur atau regulasi yang memudahkan para pengusaha lokal.

“Kalau sekarang kan kebalik. UKM disuruh ekspor, yang pabrikan-pabrikan besar malah menguasai daerah,” ujarnya.

Menurut dia, pemerintah mestinya sudah mulai mengubah pola ekonomi ini. Para pemilik kapital lah yang semestinya didorong untuk melakukan ekspor. Adapun UKM, yang jumlahnya mencapai jutaan orang, digadang untuk mengusai pasar dalam negeri.

“Permen sampai jam tangan murah itu sekarang datangnya dari luar negeri. Industri makanan kita lama-lama bisa kalah,” ungkapnya.

Dia mengakui, beberapa produk UKM sudah menembus pasar ekspor. Akan tetapi, jumlahnya tak sesignifikan di dalam negeri. Sebab, bagaimana pun pasar dalam negeri adalah pasar paling potensial.

“Saya sejak tahun 1990-an memproduki sale pisang, menyuplai Jawa dan Bali. Kalau untuk seluruh Indonesia, saya masih belum sanggup. Kita kekurangan bahan baku,” ujarnya.

Dari gambaran itu dia meminta agar pemerintah tak alpa memperkuat pemasaran produk lokal di dalam negeri.

235