Home Kesehatan Spesialis Paru: Kasus Awal Happy Hypoxia Terjadi Pada April

Spesialis Paru: Kasus Awal Happy Hypoxia Terjadi Pada April

Jakarta, Gatra.com - Kasus heboh gejala Happy Hypoxia yang terjadi beberapa waktu lalu baik di Banyumas, Semarang ataupun Solo sejatinya bukan yang pertama kali. Dokter Spesialis Paru, Erlina Burhan menjelaskan jika pada awal wabah Covid-19 merebak, sudah ada yang mengalami Happy Hypoxia. 

 

"Kapan ini terjadi? Sebetulnya sudah lama kira-kira ada jurnal yang menyebutkan itu kira-kira pada sekitar bulan April sampai Mei dengan dulu disebut sebagai Silent Hypoxia," ujar Erlina dalam bincang santai di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (16/9). 

 

"Tapi kemudian ada kasus seseorang usia 60 tahun laki-laki yang bergejala karena Covid-19. Bergejala sesuai Covid dan lama kelamaan batuknya makin bertambah, pasien makin lemas," imbuhnya. 

 

Yang membuat Happy Hypoxia ini berbahaya adalah karena tidak menimbulkan gejala. Pasien yang terjangkit Covid-19 tidak menunjukkan gejala yang umumnya terjadi.

 

"Tetapi anehnya pasien ini tidak sesak (napas), masih bisa melakukan kegiatan sehari-hari, masih bisa mandi, masih bisa makan, menonton TV, tersenyum, masih bisa menelepon. Jadi tidak terasa sesak," ungkapnya.

 

Namun gejala yang muncul, kata Erlina, terlihat semakin menurunnya kondisi pasien dari hari ke hari. Sebabnya adalah kadar oksigen yang ada di dalam tubuh pasien berkurang drastis.

 

"Nah ini salah satu pasien yang mengalami Happy Hypoxia. Nah oleh keluarga karena khawatir melihat pasien ini terlihat semakin lemas, ditelepon lah pihak rumah sakit, kemudian petugas rumah sakit datang lalu melihat 'ini pasien kok tambah lemas?', ketika diperiksa dadanya terasa ada kelainan di dalam, kemudian dokter mengatakan ini harus segera dibawa ke rumah sakit," tutur Erlina. 

 

"Setelah dibawa dan dicek, kadar oksigennya hanya sekitar 60%, ini rendah sekali. Orang normal oksigen dalam darahnya itu berkisar antara 95-100%. Nah pasien ini hanya 60-70% saja, tetapi tidak menimbulkan gejala sesak, jadi begitu sampai IGD, diketahui begitu, langsung diinkubasi, masuk ventilator," pungkasnya. 

 

181