Home Gaya Hidup Resensi Film Laga Terbaru Jason Statham, Wrath of Man

Resensi Film Laga Terbaru Jason Statham, Wrath of Man

Jakarta, Gatra.com – Jason Statham masih belum berubah. Aktor Inggris ini selalu dipercayakan memerankan karakter antihero yang tangguh, sulit dikalahkan, dan mahir menggunakan senjata. Sekali lagi, pria 53 tahun tersebut mempertontokan aksinya di film terbaru, Wrath of Man. Film ini diadaptasi dari film Prancis tahun 2004, Le Convoyeur (Cash Truck) karya sutradara Nicolas Boukhrief. Berikut resensi film Wrath of Man, yang dinakhodai Guy Ritchie selaku sutradara dan penulis naskah.

Film ini menceritakan tentang seorang pria dengan julukan “H” (Jason Statham) yang melamar pekerjaan sebagai petugas keamanan di perusahaan jasa pengantar barang berharga di Kota Los Angeles. Pekerjaannya sebagai awak truk pengantar barang berharga membuatnya harus berhadapan dengan perampokan.

Dalam menjalani pekerjaan, H kerap terjebak dalam keadaan berbahaya yang diakibatkan oleh perampok yang mengincar bawaannya. Meski begitu, ia selalu berhasil keluar dari situasi tersebut karena H sendiri adalah seorang penjahat atau perampok kelas kakap.

Salah satu adegan dalam film Wrath of Man. (Dok. MGM Pictures/fly)

Diam-diam, H punya misi lain di pekerjaannya ini. Tujuan dia bergabung dengan perusahaan jasa pengiriman barang berharga adalah untuk mencari pembunuh anak semata wayangnya yang terjebak di di sebuah aksi perampokan.

Film ini mengingatkan dengan salah satu karya dari Quentin Tarantino, yakni Pulp Fiction (Miramax Films, 1994). Ritchie memberi judul pada setiap sequence atau babak dari film Wrath of Man sebagaimana yang dilakukan Tarantino di dalam Pulp Fiction.

Selain itu, Ritchie membentuk alur cerita menjadi non linear atau tidak berurutan. Alur cerita yang tidak berurutan ini menimbulkan rasa penasaran bagi penonton sehingga menjadi daya tarik untuk terus menatap layar hingga film berakhir. Pengenalan karakter beserta kaitannya dengan jalan cerita menjadi menarik untuk disimak dengan gaya penuturan cerita seperti ini.

Salah satu adegan dalam film Wrath of Man. (Dok. MGM Pictures/fly)

Mengacu pada sejumlah karya Ritchie di masa lalu, seperti The Man from U.N.C.L.E (Warner Bros. Pictures, 2015) juga Sherlock Holmes (Warner Bros. Pictures, 2009), maka pemilihan gaya non linear bisa dibilang salah satu style dia. Meski demikian, nama besar di Wrath of Man sangat jomplang jika dibandingkan dengan film terakhir yang digarap Ritchie persis sebelum pandemi, yaitu film laga bertabur bintang, The Gentlemen (Miramax, 2019).

Film yang berisi adegan pembunuhan dan baku tembak ini juga tidak mengorbankan cara penyajian karakter atau perkembangan karakternya. Baik karakter protagonis maupus antagonis memiliki motif yang jelas dan kuat untuk terhubung ke benang merah cerita.

Sebagaimana cerita fiksi, memerlukan paragraf pembuka atau pertama yang menarik untuk menarik perhatian pembaca. Aturan seperti itu terlihat di adegan pertama dari film Wrath of Man ini yang di mana memiliki keunikan dari segi penataan kamera yaitu menggambarkan adegan perampokan dengan satu Point of View (POV). Sayangnya, tata kamera untuk adegan-adegan berikut terasanya sama seperti film laga kebanyakan.

Salah satu adegan dalam film Wrath of Man. (Dok. MGM Pictures/fly)

Bagi penggemar Statham atau film laga, film ini tidak menghadirkan Statham dengan adegan-adegan menegangkan seperti scene-scene dia di film Furious 7 (Universal Pictures, 2015) atau Hobbs & Shaw (Universal Pictures, 2019). Meski begitu, kepiawaian Statham dalam bertarung ataupun menembak diperlihat dengan baik di dalam film Wrath of Man ini.

Film ini adalah kolaborasi keempat antara Statham dan Ritchie. Sebelumnya keduanya bekerja sama di film Lock, Stock and Two Smoking Barrels (PolyGram Filmed Entertainment, 1998); Snatch (Columbia Pictures, 2000); serta Revolver (Samuel Goldwyn Films, 2005).

Wrath of Man (2021) tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai Rabu, 5 Mei 2021. Jadwal ini lebih awal dari penayangan di Amerika Serikat yang dimulai pada 7 Mei. 
 

5216