Home Kebencanaan PPKM Darurat, Bikin Pekerja Seni Semakin Gigit Jari

PPKM Darurat, Bikin Pekerja Seni Semakin Gigit Jari

Kendal, Gatra.com - Setahun lebih pandemi Covid-19 sudah mengguncang tatanan kehidupan manusia. Banyak sektor yang porak-poranda imbas hadirnya virus yang berasal dari negeri tirai bambu China.

 

 

Bahkan di Indonesia, sejak ditetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa-Bali, membuat Pemkab Kendal juga turut mengikuti aturan tersebut. Dampaknya, adanya pelarangan digelarnya pentas hiburan sebab akan rawan menimbulkan berkerumunnya massa.

 

 

Selama PPKM Darurat itu, banyak para pekerja seni diantaranya pekerja seni barongan yang terkena imbas. Selain itu, pengrajin barongan juga mengaku terdampak. Mereka selama ini menganggur dan hanya bisa gigit jari.

 

 

Seperti yang disampaikan Mulawi (49), pelaku kesenian dan pengrajin barongan di Kecamatan Ringinarum Kendal Jawa Tengah ini mengaku sejak awal pandemi tidak ada orderan sama sekali. Baik pentas maupun pesanan dan servis barongan. "Kami tidak diberi solusi, seperti dibiarkan saja. Padahal pelaku kesenian daerah ini sangat terdampak pandemi covid," terang Mulawi, Sabtu (17/7).

 

 

Mulawi hanya bisa pasrah dengan kondisi yang ada. Sama halnya yang dialami Triyono (30), warga Desa Sumberagung, Kecamatan Weleri ini selain sebagai seorang pengrajin barongan juga membuka bengkel servis barongan. Selama setahun lebih, kata Triyono, semua kegiatannya terhenti.

 

Servis barongan baru ada setelah satu tahun pandemi berjalan. Jumlahnya pun bisa dihitung dengan jari. "Kalau grup barongan itu jalan, saya juga jalan," kata pria yang sudah empat tahun membuka bengkel barongan ini.

 

Dikatakan Triyono, hingga saat ini ia hanya mendapatkan enam orderan. Baik itu servis maupun pembuatan barongan. Itu pun orderanya banyak datang dari Kabupaten Batang. Sehabis itu, ia kembali sepi orderan. Suasana lengang pun terlihat di bengkel barongan miliknya.

 

 

Di tempatnya mencari nafkah ini tak ada aktivitas apapun. Hanya terlihat kepala barongan dan dawangan yang tergeletak. "Ya ini mas, saya sekarang hanya mengandalkan ini. Sejak ada corona mumet saya, jualan keliling tidak laku. Apalagi pas puasa jualan libur, ngelu tenan," keluhnya.

 

 

Ia menjelaskan bahwa pembuat barongan di Kabupaten Kendal jumlahnya cukup banyak, ada lebih dari 40 bengkel. Sedangkan di wilayahnya, atau di Kecamatan Weleri ada sekitar 10 orang pengrajin. "Tidak tahu nasibnya bagaimana sekarang," timpalnya.

 

 

Pengerjaan barongan sendiri memerlukan waktu dua hingga empat minggu. Menyesuaikan ukuran, kerumitan ukiran, rambut, kain, dan lain sebagainya. Barongan di tempatnya dibandrol hingga Rp3 juta. Sementara untuk dawangan harganya berkisar Rp1,5 juta. "Paling sulit itu servis, bagaimana caranya bisa bagus kembali. Kendalanya biasanya karena kondisi yang rusak, kayu yang jelek, dan lain sebagainya," tandasnya.

 

 

650