Home Gaya Hidup Personalia Tromarama: Mencipta Bunyi dari Hashtag

Personalia Tromarama: Mencipta Bunyi dari Hashtag

Jakarta, Gatra.com – Pameran bertajuk Personalia di ROH Galeri mengusung karya-karya kelompok seniman Tromarama. Pameran, yang beberapa di antaranya menampilkan karya seni rupa instalasi ini, menawarkan sesuatu yang lain. Karya-karya instalasi mereka menghasilkan bebunyian yang mengisi seluruh ruang pameran. Bunyi-bunyian itu ternyata dipicu oleh data di media sosial yang dikelompokkan dalam hashtag (tanda pagar).

Setidaknya ada tiga karya instalasi semacam ini yang dipamerkan Tromarama di ROH Galeri. Pertama, karya berjudul Bonding yang bisa ditemui tepat ketika pengunjung memasuki ruang galeri. Karya ini berbentuk tumpukan speaker yang dipadukan dengan mini pc. Dari speaker tersebut keluar bunyi seperti suara mesin USG (Ultrasonografi).

“Karya ini berangkatnya dari hal yang personal banget. Saat saya menjadi seorang ibu dan di-USG, saya merasa ada bonding terhadap makhluk baru, pada detak jantung seorang makhluk. Saya merasa, wah ternyata teknologi ini bisa mendekatkan kita pada sesuatu yang sebenarnya belum kita kenal,” kata salah seorang anggota Tromarama, Febie Babyrose, di ROH Galeri, Sabtu (20/8).

Baca Juga: Pameran Tromarama yang Riuh di ROH Galeri

Karya instalasi selanjutnya adalah Debit. Di karya ini terlihat kumpulan botol minuman kaleng yang dipasang dalam posisi segi empat. Kaleng-kaleng itu tersambung melalui kabel ke sebuah komputer yang menayangkan banyak tweet dalam satu hashtag. Setiap kali tweet itu tertulis, kaleng-kaleng tadi mengeluarkan bunyian seperti pukulan pada material logam.

Karya berjudul Debit di Pameran Tromarama Personalia ROH Galeri (Gatra/Hidayat Adhiningrat)

Lalu yang ketiga adalah karya berjudul Patgulipat. Di karya ini terpasang mainan semacam perosotan yang digantung bersama helm-helm proyek yang mengitarinya. Di setiap helm proyek tersimpan speaker yang mengeluarkan bunyi berbeda. Bunyi itu, kata Febie, adalah suara rekaman dari para personel Tromarama.

Anggota Tromarama lainnya, Ruddy Hatumena, menjelaskan bahwa Tromarama membuat sebuah perangkat lunak. Perangkat ini menjaring tweet berdasarkan hashtag-nya. Dari tweet tersebut kemudian datanya diubah ke dalam binary code.

“Misal dia bilang selamat pagi, itu huruf S nya diubah ke binary code dan menjadi suara yang sudah kita siapkan,” jelas Ruddy.

Anggota Tromarama Ruddy Hatumena (Gatra/Hidayat Adhiningrat)

Untuk karya Bonding digunakan hashtag asset, Debit menggunakan hashtag force, kemudian karya Patgulipat menggunakan hashtag assignment. Deretan huruf yang terkumpul di hashtag tersebut diubah menjadi suara sesuai soundfont yang dibuat oleh Harsya Wahono.

“Boleh dibilang ada dua faktor yang membuat suara-suara di tiap karya ini berbeda-beda yaitu faktor hashtag dan soundfont-nya,” kata Ruddy.

Tromarama sendiri adalah kelompok seniman yang dibentuk oleh Febie Babyrose, Herbert Hans dan Ruddy Hatumena pada tahun 2006. Jika melihat karya mereka ke belakang, proyek mereka sering mengeksplorasi hubungan timbal balik antara ruang virtual dengan ruang fisik. Karya-karya mereka adalah penggabungan video, instalasi, program komputer dan partisipasi publik dalam jaringan.

Karya berjudul Patgulipat di Pameran Tromarama Personalia ROH Galeri (Gatra/Hidayat Adhiningrat)

Di pameran ini mereka ingin mengangkat isu bagaimana ruang siber terus memungkinkan perubahan-perubahan baru melalui pengoleksian, pemakaian, dan rekayasa data para penggunanya, baik yang diperoleh konsensual maupun tidak. Hadirnya teknologi sebagai perantara dunia nyata dan maya kemudian memengaruhi kesadaran dan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan.

Pameran ini akan dibuka untuk umum pada 24 Agustus - 2 Oktober 2022. Bertempat di ROH galeri, Jl. Surabaya, Jakarta.

557