Home Ekonomi Tertekan oleh Perusahaan Raksasa, Peternak Rakyat Minta Pemerintah Serap Ayam 1500 Ton per Pekan

Tertekan oleh Perusahaan Raksasa, Peternak Rakyat Minta Pemerintah Serap Ayam 1500 Ton per Pekan

Jakarta, Gatra.com - Ratusan peternak yang tergabung dalam Komunitas Peternak Unggas Nasional (KPUN) menggelar aksi unjuk rasa di Istana Negara hari ini, Selasa(10/1). Para peternak menuntut pemerintah untuk menyerap live bird (ayam hidup) ataupun karkas ayam hingga 1,5 juta ekor per pekan.

Ketua KPUN, Alvino Antonio mengatakan harga live bird atau ayam hidup mengalami penurunan sejak Natal 2022. Lebih tepatnya sekitar tanggal 26 Desember 2022 harga ayam hidup di tingkat peternak di wilayah Jawa Tengah menyentuh level terendah hingga Rp15.000 per kilogram.

Padahal wilayah Jawa Tengah diketahui sebagai pusat populasi ayam pedaging. Sementara harga di tingkat peternak masih berada di bawah harga pokok produksi (HPP) berada di sekitar Rp19.500 - Rp20.500 per kilogram, sementara harga di tingkat konsumen cenderung stabil di level Rp33.000 - Rp35.000 per kilogram.

"Jadi Jateng (Jawa Tengah) ini Tsunami ayam broiler yang berdampak pada wilayah lain, terutama ayam yang disuplai ke Jabodetabek," tutur Alvino dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (10/1).

Banjirnya ayam hidup di tingkat peternak rakyat dan masih anjloknya harga yang diterima peternak, kata dia, menjadi indikasi maraknya perusahaan integrator yang membudidayakan dan menjual ayam hidupnya bersamaan dengan milik peternak UMKM mandiri.

Bahkan, menurut Alvino para integrator menjual ayam hidup sangat murah di bawah Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan ) No. 5/2022 yakni Rp 21.000 – 23.000 /kg di level peternak. Kendati dijual sangat murah, integrator cenderung tidak mengalami kerugian. Musababnya, para perusahaan peternakan besar itu memiliki pabrik DOC (day old chicken/anak ayam), pakan, dan obat-obatan sendiri. Bahkan, jaringan distribusi produk pun para kartel diduga bekerja sama dengan para broker.

"Sedangkan kami peternak UMKM mandiri, membeli sapronak DOC dan pakan dari mereka. Tentu dengan harga yang mahal, jadi kami kalah bersaing di sini," katanya.

Adapun harga pakan, kata dia, hingga saat ini cenderung masih tinggi yaitu di kisaran Rp8.50 - Rp8.800 per kilogram. Padahal, di tahun lalu harga pakan di Rp7.500 per kilogram. Fluktuasi harga LB, DOC, dan Pakan dinilai telah merugikan peternak mandiri.

"Harga pakan cenderung naik dengan alasan harga jagung naik. Padahal hari ini harga jagung turun dibawah Rp 5.000 per kilogram, tapi harga pakan tidak turun," ungkapnya.

Adapun lima tuntutan yang disuarakan para peternak rakyat dalam unjuk rasa hari ini antara lain;

1. Menuntut presiden untuk segera menerbitkan Peraturan Presiden tentang perlindungan peternak UMKM mandiri ayam ras. Sebagaimana diatur dalam UU No.18/2009 Jo; UU 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan

2. Mendesak presiden mengevaluasi kinerja Kementerian Pertanian, Badan Pangan Nasional, Kementerian Perdagangan, Kemenko Perekonomian, dan Satgas Pangan

3. Menuntut pemerintah menyerap ayam hidup peternak rakyat mandiri sebanyak 1,5 juta ekor atau 1.500 ton per pekan

4. Meminta pemerintah menyalurkan ayam karkas peternak mandiri ke perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun jaringan hotel milik negara hingga ASN dan bantuan sosial (bansos)

5. Berencana akan mengepung Istana Negara dan Kementerian terkait dengan masa yang lebih besar bilamana tuntutan para peternak rakyat tidak diterima oleh pemerintah. 

364