Home Kesehatan Bukan Gaji, Ini Curhatan Para Dokter yang Ragu Praktek di Daerah Terpencil

Bukan Gaji, Ini Curhatan Para Dokter yang Ragu Praktek di Daerah Terpencil

Jakarta, Gatra.com- Presiden Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI), Febrian Rizky Arilya membagikan alasan beberapa dokter enggan praktek di daerah terpencil. Ia mengatakan, bukan gaji dan mekanisme mendapatkan sertifikat praktek yang menjadi masalah utama.

Namun keterbatasan akses dan fasilitas di daerah menjadi salah satu faktor utama. Febrian pun menceritakan pengalaman salah satu dokter yang sedang dinas di Kabupaten Fakfak, Papua.

"Dia cuma bilang, ada puskesmas di Fakfak. Itu dia cuma praktek satu jam satu hari gitu loh," ucap Febrian Rizky Arilya dalam Konferensi Pers Bersama yang diadakan AOMKI dan IYCTC yang menolak RUU Omnibus Law Kesehatan melalui daring pada Rabu (05/7).

Baca juga: PP PERABOI Dorong DPR Tinjau Ulang RUU Omnibus Law Kesehatan

Bukan hanya keterbatasan pada fasilitas kesehatan atau obat-obatan untuk mengobati pasien, Febrian mengatakan infrastruktur daerah yang tidak memadai membuat para dokter ragu akan kesejahteraan mereka dan keluarga yang memutuskan untuk berpraktek di daerah.

Misalnya, keterbatasan sarana pendidikan yang membatasi kesempatan anak-anak di daerah tersebut dan juga para dokter untuk bisa mengenyam pendidikan sebaik-baiknya. Jenjang karier pasangan para dokter juga menjadi pertimbangan.

Baca juga: 17 Organisasi Nakes Dukung Omnibus Law Kesehatan, Beberapa Isu Perlu Dibenahi

"Ketika suami istri itu harus bekerja di suatu tempat yang itu di daerah banget, ketika dia bukan dokter, dia nggak punya prospek kerja yang cukup baik nantinya," jelas Febrian lagi.

79