Home Regional Sulitnya Mempertahankan Produksi Padi di Tengah Serangan Dua Hama

Sulitnya Mempertahankan Produksi Padi di Tengah Serangan Dua Hama

Klaten, Gatra.com - Hama menjadi musuh utama bagi para petani padi. Untuk itu, perlu berbagai cara dan upaya dalam mengatasi persoalan hama padi dengan masing-masing kasusnya.

Hal ini disampaikan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Dwiyanto. Saat ini dua hama yang paling mengancam pertanian padi di Klaten adalah wereng dan tikus.

”Dari sekitar 1.800-an lahan pertanian di Juwiring, hampir 50-an yang terkena,” katanya saat Kunjungan Lapangan dan Pemaparan dari Deladaxin yang bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Klaten di Lapangan Juwiran, Kecamatan Juwiring, Klaten, Senin (25/9).

Saat ini petani mengatasi hama tikus dengan gropyokan, pengumpanan, dan pengasapan. ”Serangan tikus lebih masif. Kalau hama wereng biasanya di cuaca panas. Sekarang lebih bisa terkendali,” katanya.

Untuk mengatasi persoalan hama wereng ini, Pemerintah Kabupaten Klaten bekerja sama dengan perusahaan yang bergerak di bidang pertanian dengan produk Deladaxin. Produk ini disebut bisa mengatasi hama wereng dengan sekali penyemprotan.

”Kami membantu petani untuk mengatasi persoalan hama. Dua hama yang bisa diatasi dengan Deladaxin ini, yakni hama wereng dan penggerek batang atau yang dikenal dengan sundep,” kata Country Leader Corteva, Wahyu Indrawanto, di sela penyuluhan.

Penggunaan Deladaxin diklaim bisa memberikan lebih banyak hasil pertanian. Satu hektar lahan yang diberi Deladaxin disebut mengalami kenaikan hingga setengah ton atau 500 kuintal. Jumlah ini setara dengan 7-10 persen dari hasil biasanya.

”Secara hitungan, dengan asumsi harga beras Rp5 ribu maka mereka bisa memperoleh keuntungan sekitar Rp2,5 juta lebih banyak dibandingkan panen biasanya,” katanya.

Penggunaan Deladaxin dinilai bisa mengatasi persoalan dua hama sekaligus. Sebab salah satu kendala para petani dalam mengatasi dua hama adalah mereka harus mencampur pestisida yang berbeda jenis.

”Pencampurannya pun biasanya susah, harus beberapa kali penyemprotan,” katanya.

Dalam kegiatan tersebut, peserta berasal dari beberapa daerah Jawa Tengah. Tak hanya dari Solo Raya, namun juga para petani dari Pantura.

”Kalau di Solo Raya ini musim tanamnya hingga tiga kali. Biasanya yang musim tanam lebih sering akan lebih banyak terkena serangan hama. Makanya kami berikan sosialisasi dan peluncuran produk di Klaten ini. Tapi ke depan kita akan meluncurkan di beberapa daerah lainnya di Jawa Tengah,” katanya.

46