Home Teknologi Teknologi Canggih, Ada Cara Manusia Tinggal di Bulan

Teknologi Canggih, Ada Cara Manusia Tinggal di Bulan

Arizona, Gatra.com - Sebuah ilustrasi menunjukkan tahun 3.000 sekelompok manusia bermukim di bulan. Rumah berbentuk kubah bak perkotaan di bulan dihuni ratusan ribu orang. Eksodus ke bulan itu dilakukan setelah sumber daya alam di bumi sudah tak bisa dimanfaatkan lagi.

Ini adalah fiksi ilmiah murni. Tetapi tidak ada visi masa depan yang lengkap tanpa koloni manusia extraterrestrial--kehidupan yang berasal tidak dari planet Bumi, dan karena Bulan adalah benda langit terdekat dengan Bumi. Tetapi, apakah visi ini selaras dengan kenyataan? Apakah suatu hari bulan akan menjadi rumah bagi manusia? Tak ada satu pun yang bisa memastikan itu.

Namun, salah satu cara untuk menjawab pertanyaan itu adalah dengan hanya mempertimbangkan luas permukaan bulan.

Dengan ukuran seperempat planet kita, bulan secara teoritis dapat memenuhi seperempat populasi bumi saat ini. Tetapi, berapa banyak orang yang bisa masuk ke permukaan bulan adalah pertanyaan yang tak terjawab.

Seorang ilmuwan senior di Planetary Science Institute di Arizona, Darby Dyar menuturkan meski bulan memiliki ukuran cukup luas, tampak sulit merealisasikan perpindahan manusia ke bulan. Ekosistem bulan disebutnya sangat tidak ramah bagi manusia.

"Ini adalah tempat yang cukup tandus. Setiap spesies berusaha memperluas ceruk ekologisnya. Tetapi 'ceruk' yang baru, yaitu bulan, sangat tidak ramah bagi manusia," kata Dyar kepada Live Science, Sabtu (28/9).

Persoalan lain adalah minimnya kadar air dan udara di bulan. Tak seperti di bumi, air di bulan tidak turun secara bebas di permukaan dan menyerap ke dalam tanah yang dapat kita minum. 

Kemudian, bulan juga tidak memiliki atmosfer dengan udara untuk bisa bernapas. Satelit alami bumi ini, juga tidak memiliki ekosistem yang dapat dengan mudah mendukung bidang pertanian.

Dyar menuturkan, bulan juga rentan terhadap badai matahari, erupsi dari permukaan matahari yang mengirimkan radiasi elektromagnetik, yang mana bulan--tanpa perlindungan medan magnet--tidak dapat membelokkan. Ada juga suhu ekstrem yang sangat besar, dan periode kegelapan dan cahaya yang berganti-ganti.

Semua ini dapat disimpulkan bahwa untuk membuat kehidupan di bulan tampak mustahil. Hal-hal penting bagi keberadaan manusia, yakni udara, air, makanan, dan tempat berlindung, secara teoritis tidak mungkin terjadi di bulan seperti yang Anda harapkan.

Cara Agar Dapat Tinggal di Bulan

Beberapa unsur utama untuk kehidupan manusia harus dapat diciptakan, salah satunya udara. Untuk mendukung populasi awal beberapa ratus orang di bulan, kita harus mulai dengan mengangkut udara ke permukaan bulan, memompanya ke dalam struktur tertutup di mana manusia akan hidup.

Meski hal itu tidak berkepanjangan, namun manusia harus tetap memikirkan bagaimana caranya memproduksi udara. Namun pada tahap awal, manusia harus tetap membawa udara dari bumi.

"Orang tidak menggunakan banyak udara, dan untuk waktu yang lama, kita tidak perlu membuat udara di bulan. Kita bisa membawanya. Biaya transportasi untuk itu masih bisa dikelola," kata Manajer Badan Antariksa Eropa, Markus Landgraf.

Kemudian, manusia juga harus memikirkan bagaimana cara mendapatkan air di bulan. Sampai beberapa dekade yang lalu, para peneliti percaya bahwa bulan benar-benar kering. Tapi sekarang mereka tahu ada sejumlah cairan yang mengejutkan tersebar di permukaan bulan.

 "Kami pikir air tersisa dari saat bulan terbentuk. Dan kita tahu bahwa komet, yang pada dasarnya adalah bola salju kotor, secara berkala berdampak pada permukaan bulan. Ada bukti bagus untuk menunjukkan bahwa (kawah) tempat komet berdampak pada permukaan masih memiliki reservoir es di dalamnya," kata Dyar.

Sumber air lain, katanya, datang dalam angin matahari yang melintasi angkasa; diisi dengan proton, ini bertabrakan dengan elektron di bulan, membentuk hidrogen. Semua ini menambah jumlah air bulan yang layak, mungkin cukup untuk mendukung populasi yang cukup besar. 

Para ilmuan juga sedang mengembangkan teknologi di Stasiun Luar Angkasa Internasional untuk mendaur ulang air yang dapat diminum dari air pancuran, air seni, dan keringat astronot. Ini bahkan bisa menggunakan uap air dari napas mereka. Di bulan, teknologi itu bisa menciptakan sumber air bagi penduduk.

Meski kini semua itu baru sebatas argumentasi dan penelitiam awal, tampaknya ide tinggal di bulan dapat terus dikaji. Hal itu mengingat kondisi bumi yang semakin tua dan kehabisan sumber daya manusia. Bukan tak mungkin suatu saat nanti benar-benar ada eksodus manusia ke tempat di luar bumi, termasuk bulan. Harapan tetap ada.
 

4174