Home Gaya Hidup Marbinda, Kebersamaan dan Solidaritas Bagi Masyarakat Batak

Marbinda, Kebersamaan dan Solidaritas Bagi Masyarakat Batak

Medan, Gatra.com – Masyarakat Batak Toba telah mengenal budaya gotong royong sejak dulu. Salah satu gambaran dari budaya tersebut dapat dilihat dari tradisi marbinda atau tradisi menyemlebi hewan jelang hari besar. 

Tidak diketahui pasti sejak kapan tradisi ini dimulai, namun saat ini tradisi marbinda dikaitkan dengan hari besar keagamaan yakni natal. Marbinda biasanya dilakukan oleh satu komunitas. 

Budaya marbinda dinilai sebagai salah satu upaya untuk meringankan beban saat menjelang natal. Sebab dalam tradisi di beberapa komunitas masyarakat akan berkumpul dan menyebeli hewan untuk dikonsumsi saat natal dan tahun baru.

Baca Juga: UHN Masuk 100 Universitas Terbaik Se-Indonesia

Dulu tradisi marbinda dilakukan dengan menggalang dana dalam satu komunitas. Kemudian Dana tersebut digunakan untuk membeli hewan yang akan disembeli. Setelah disembeli, daging  tersebut akan dibagikan secara merata. Sebagian disisakan untuk makan bersama.

Namun seiring berkembangnya zaman, tradisi marbinda bukan hanya sekedar tradisi gotong royong saja. Saat ini marbinda juga sudah dijadikan sebagai bentuk solidaritas untuk membantu sesama. Tradisi berbagi kasih dalam kehidupan masyarakat. 

Seperti yang dilakukan oleh Panitia Natal Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Sei Agul, di Medan. Hampir setiap tahunnya gereja ini membagikan puluhan paket daging mentah kepada jemaat yang tidak mampu. 

Baca Juga: Departem Marturia HKBP Buka Pastoral Care Ministry

“Untuk tahun ini, kita membagikan puluhan paket daging kepada jemaat yang kurang mampu. Selain membagikan daging mentah bagi warga yang tidak mampu, kita juga mengadakan makan bersama,” terang pimpina HKBP Sei Agul, Pendeta (Pdt) Suwandi Sinambela, Sth, Mpsi kepada Gatra.com

Suwandi Sinambela mengatakan bahwa daging yang dibagikan tersebut ibarat daging kurban. Pembagian daging itu merupakan gambaran kebersamaan dalam suka dan duka. Jemaat harus saling peduli dan saling membantun.

“Tradisi ini harus kita pertahankan sebab dalam tradisi ini terlihat jelas bagaimana masyarakat bekerja sama untuk mempersiapkan daging yang akan di konsumsi saat natal,” terangnya.

Baca Juga:  Gereja Lutheran di Indonesia Harus Ikut Jaga Lingkungan

Marbinda menurut Suwandi Sinambela merupakan satu dari sekian banyak tradisi yang menjadi kebiasaan dilingkungan masyarakat Toba. Suwandi Sinambela mengatakan bahwa kebiasaan masyarakat batak dalam perjamuan yang tidak lepas dari konsumsi daging. Karena itu tradisi marbinda membantu memenuhi keluarga dalam merayakan natal.

Sementara itu, salah satu tokoh gereja di HKBP, Kombes Pol (Purn) Maruli Siahaan mengatakan bahwa kebiasaan marbinda adalah kebiasaan yang harus dipertahankan. Karena dalam marbindan ada kebersamaan dan gotong royong untuk mencapai tujuan bersama.

Maruli mengatakan bahwa setiap tahunnya HKBP Sei Agul melaksanakan kegiatan tersebut. Nilai yang harus diambil dari tradisi tersebut adalah kekeluargaan. Dimana sukacita tidak akan sempurna apabila sesama saudara tidak saling mengasihi dan berbagi.

1738