Home Gaya Hidup Ekspor Terbesar Korean Wave Bukan K-Pop

Ekspor Terbesar Korean Wave Bukan K-Pop

Jakarta, Gatra.com - Belakangan ini semakin banyak produk budaya Korea yang terkenal di Indonesia. Mulai dari K-Dramas, K-Pop, hingga K-Lifestyle. Namun, siapa sangka, pendapatan terbesar dari ekspor budaya Korea justru berasal dari gim online..

Hal ini mengemuka dalam presentasi yang disampaikan Prof. Andrew Eungi Kim, Ph.D dalam webinar internasional bertajuk Enhancing Indonesia-South Korea Connectivity secara daring pada Senin (22/3). "Ekspor terbesar budaya Korea bukan K-Drama atau K-Pop, melainkan gim online," terangnya.

Wakil Presiden Asosiasi Dunia untuk Studi Hallyu ini menyatakan, pada 2017 pendapatan ekspor konten budaya Korea mencapai US$6,7 milyar. Dari jumlah tersebut, gim online menyumbang pendapatan hingga US$3,77 milyar. Sektor musik menduduki peringkat 4 dengan sumbangan pendapatan US$500 juta. Adapun animasi memperoleh US$135 juta, periklanan US$102 juta, film US$43 juta, dan kartun uS$40 juta.

Ia menambahkan, Korean Wave terbagi dalam 3 fase. Fase pertama terjadi sejak 1995 hingga pertengahan 2000 yang dimulai dengan drama televisi. Pada fase ini penyebaran hanya menjangkau wilaya Asia terutama China, Taiwan, dan Jepang. Selanjutnya pada fase kedua, pertengahan 2000 hingga 2010, mulai berfokus pada K-Pop. Fase ini ditandai dengan munculnya Super Junior, Big Bang, EXO, BTS, H.O.T, Rain, Wonder Girls, 2PM, TVXQ, dan Psy. Adapun fase ketiga lebih berorientasi K-Lifestyle berupa gim online, kosmetik, makanan, fashion, hingga animasi.

Webinar ini terselenggara atas kerja sama Deputi Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan Korea Foundation-Jakarta Office.

Kepala LIPI Laksana Tri Handoko berharap webinar internasional ini dapat memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih baik dalam memperkuat hubungan bilateral dan diplomatik kerja sama antara kedua negara. "Webinar ini bertujuan untuk memperkuat jejaring, kerja sama penelitian, dan kolaborasi antar peneliti di indonesia - Korea Selatan tentang masalah terkait," jelasnya.

Sementara itu, Deputi bidang IPSK LIPI Tri Nuke Pudjiastuti menyebutkan Indonesia dan Korea Selatan memiliki potensi pertukaran sosial budaya yang tinggi dan pembelajaran yang dapat diambil. Penyebaran Korean Waves, seperti K-POP, K-Drama, K-Foods dan K-Beauty, menurutnya, telah menjadi semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan generasi milenial.


 

2007