Home Hukum Psikolog Ungkap Pengaruh Karakter Bharada E dalam Tingkat Kepatuhan

Psikolog Ungkap Pengaruh Karakter Bharada E dalam Tingkat Kepatuhan

Jakarta, Gatra.com - Ahli Psikologi Klinik Liza Marielly Djaprie mengungkapkan adanya pengaruh karakter sehari-hari Bharada Richard Eliezer alias Bharada E, dengan tingginya tingkat kepatuhan yang ia miliki.

Menurut Liza, Bharada E memiliki kepribadian yang lebih permisif, cenderung menghindari konflik, dan lebih banyak melakukan observasi terhadap lingkungan di sekitarnya.

"Ada proses analisa, [sehingga] ada proses dia melihat melalui panca inderanya, kondisi lingkungannya seperti apa. Richard melihat kakaknya jauh lebih nakal. Jadi, dia cenderung untuk, karena kakaknya sudah nakal, 'Aku jadi anak yang baik deh, kasian Papa mama'. Itu dia terlatih untuk menjadi individu yang patuh," jelas Liza Marielly, saat hadir dalam persidangan Bharada E, di PN Jakarta Selatan, Senin (26/12).

Baca Juga: Ini Alasan Pengacara Bharada E Hadirkan 3 Ahli di Persidangan Hari Ini

Namun, Liza mengatakan bahwa kepribadian Bharada E juga didasari oleh pemahamannya pada nilai-nilai keagamaan. Terutama, mengenai kepatuhan seorang anak terhadap orang tua.

"Kemudian dari sisi agama juga dia cenderung banyak mendengar bahwa anak patuh pada orang tua. Jadi itu semakin terasa, bibitnya sudah ada," ujar Liza.

Meskipun, menurut Liza, ia tak menemukan adanya doktrin keluarga atau situasi keluarga yang secara khusus menyebabkan Bharada E memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi. Hal itu ia utarakan dengan berdasarkan pada diskusi yang dilakukannya bersama Bharada E dan keluarganya selama melakukan pendampingan terhadap klien Ronny Talapessy itu.

Baca Juga: Saksi Ahli: Tindakan Kepribadian Bharada E Cenderung Patuh

Sebagai informasi, dalam persidangan yang sama, Liza Marielly juga mengatakan bahwa Bharada E memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi. Ia pun menjelaskan adanya perbedaan antara kepatuhan dan konformitas. Di mana, konformitas cenderung melibatkan permintaan, sedangkan kepatuhan justru melibatkan adanya perintah.

Menurut Liza, konformitas biasanya cenderung merujuk kepda bagaimana seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan. Berbeda dengan kepatuhan yang cenderung merujuk pada adanya penggunaan unsur kekuatan, yang dilaksanakan karena ketakutan, kecemasan, atau kekhawatiran.

"Dari hasil tes (pengukuran tingkat obedience) tersebut, terlihat bahwa Richard punya tingkat kepatuhan tinggi, sehingga dia punya kerentanan khusus, kecenderungan tertentu untuk lebih patuh pada lingkungan," ujar Liza.

278