Home Hiburan Realita Kota dalam Gerak Tuti in The City

Realita Kota dalam Gerak Tuti in The City

Jakarta, Gatra.com - Pementasan tari “Tuti in The City” dipentaskan di Komunitas Salihara, 24 dan 25 Juni 2023. Pementasan ini sekaligus menutup rangkaian pementasan tari dalam program Helatari Salihara 2023.

Tuti in The City adalah karya koreografer Yola Yulfianti yang terinspirasi oleh ruang-ruang kota yang bersifat transformatif. Realitas kota Jakarta yang sangat kompleks, selalu mengalami disjungsi peristiwa dari gerak keseharian tindakan masyarakatnya. Keadaan inilah yang mendorong Yola untuk melakukan proses dan melatih para penarinya di ruang publik.

Maka itu, untuk pementasan Tuti in The City, Yola tidak secara khusus melatih teknik tari di dalam ruangan. Ia membutuhkan interaksi atas tubuh penari dan tubuh-tubuh lain di sekitarnya. Dalam upaya merealisasikan konsep artistiknya ini, Yola juga bekerja sama dengan komunitas hip-hop Lasteam689.

Baca Juga: Gugatan pada Penyeragaman oleh “Budi Bermain Boal” Membuka Helatari 2023

Yola menyatukan karya ini dengan salah satu komunitas tari yang tumbuh di Jakarta dan berlatih di ruang publik. Perpaduan bentuk koreografi kolektif dari proses hingga pementasan, diharapkan bisa memberikan perspektif baru bagi penontonnya.

Pementasan dimulai dari kemunculan dua orang yang saling berebut satu buah ember merah. Mereka bergerak dalam bermacam aksi akrobatik yang ditujukan untuk merebut satu ember merah tersebut.

Lalu panggung dimasuki banyak orang dan memunculkan kesan bahwa panggung itu adalah ruang publik kota. Seperti taman kota atau lapangan olahraga di sebuah perkampungan. Beragam manusia hadir di sana, mulai dari anak-anak hingga kreator konten yang selalu sibuk live streaming melalui ponselnya.

Pementasan Tuti in The City di Komunitas Salihara (Dok.Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya)
Pementasan Tuti in The City di Komunitas Salihara (Dok.Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya)

Di ruang publik itu bermacam kegiatan terjadi. Ada sekumpulan anak yang berolahraga, bermain, sampai dengan melakukan battle dance. Ruang publik itu selalu bertransformasi dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Masyarakat, atau dalam hal ini para penari, merespons transformasi yang ada di sana.

Yola Yulfianti adalah penari dan koreografer yang kerap bekerja bersama dengan koreografer dan sutradara dari dalam maupun luar negeri. Ia pernah mendapat penghargaan Pearl dalam ajang Dance Film Internasional di Berlin, Jerman. Yola melanjutkan studi doktoral program Pengkajian dan Penciptaan Seni di ISI Surakarta (2014-2017) dengan karya berjudul Kampung Melayu-Pasar Senen PP.

Baca Juga: Membedah Igel Jongkok di The (Famous) Jung Jung-Te Jung Dance

Dalam praktik artistiknya, Yola tidak terpaku pada produk dan terminologi seni pada umumnya, bukan dalam artian produk karya tari tetapi pada pengalaman berada dalam realitas kehidupan urban. Saat ini ia aktif menjadi pengajar di Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta.

Pertunjukan ini juga dibantu oleh Dansity yang diinisiasi oleh Josh Marcy, Siko Setyanto dan Yola Yulfianti. Dansity merupakan sebuah kolektif tari berbasis company yang aktif berkarya dalam merespons fenomena-fenomena yang terjadi dalam lingkup masyarakat di dalam kota. Dansity memiliki tujuan untuk menghidupkan seni tari dalam diri pelaku seni serta audiens melalui setiap karya yang ditampilkan.

Adapun Lasteam689 diinisiasi oleh Yulfan “Reboo” Annur Guluda, merupakan komunitas tari Hip Hop yang beranggotakan 37 penari yang berumur antara tiga tahun sampai dengan 20 tahun. Lasteam689 berlatih di ruang publik Taman Ismail Marzuki.

Dengan ditutupnya Helatari 2023, acara ini menjadi penutup dari rangkaian program dengan konsep undangan terbuka pada 2023 di Komunitas Salihara. Sebelumnya mereka melakukan pencarian talenta-talenta baru di bidang musik (Salihara Jazz Buzz) dan teater (Helateater). Helatari adalah festival seni tari kontemporer dua tahunan yang menampilkan karya-karya tari baru, yang berangkat dari khazanah tradisi tari Nusantara maupun dunia.

182