Home Nasional Analis Politik : NasDem Dilema Mengusung Anies

Analis Politik : NasDem Dilema Mengusung Anies

Jakarta, Gatra.com-Analis politik Pangi Syarwi Chaniago membedah pengusungan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden internal Partai NasDem. Ia melihat NasDem dihadapkan pada sebuah dilema, antara efek ekor jas (coattail effect) atau potensi konflik internal NasDem.

“Semakin tinggi identity bahwa Anies adalah Nasdem dan Nasdem identik dengan Anies, maka peluang Nasdem untuk mendapatkan insentif efek ekor jas pada kalender pemilu serentak nanti akan semakin besar,” jelas Pangi dalam keterangan tertulisnya, Kamis, (6/10).

Namun sebaliknya, CEO dan Founder Voxpol Center Research and Consulting itu menilai jika Nasdem gagal dalam stempel identity Anies, maka tidak akan memberikan dampak elektoral yang signifikan terhadap pertumbuhan elektoral Nasdem. Malah akan berpotensi sebagai pemantik konflik di internal partai.

Baca jugaDeklarasi Nasdem, FPI dan Alumni PA 212 Malah Tolak Pencapresan Anies, Kok Bisa? | Politik

Bagi Pangi, NasDem mengambil keputusan berani ketika resmi mengusung Anies sebagai capres pada Senin, (3/10) lalu. Ia yakin Ketua Umum (Ketum) NasDem, Surya Paloh, sudah mengkalkulasi matematika politik dan berbagai pertimbangan lainnya dalam mengusung Anies. Walau begitu, Pangi sedikit meragukan keputusan NasDem ini sudah tepat.

Pangi tak menampik bahwa Surya Paloh punya rekam jejak sebagai “kingmaker”, mahir membaca momentum politik, dan piawai mengambil keputusan politik strategis di level pemilihan presiden ataupun kepala daerah.

Baca juga Alasan Nasdem Segera Deklarasi Anies Capres 2024, Paloh

Akan tetapi, Pangi mengkhawatirkan munculnya gejolak di basis akar rumput (grassroot) NasDem imbas pengusungan Anies. Parpol tersebut kini berpotensi ditinggal pemilihnya sendiri karena terjadi “split ticket voting”. “Hal ini terjadi karena ketidaksesuaian antara pilihan elit dengan suara akar rumput,” ujarnya.

Sebagai contoh, Pangi merujuk pada temuan survei Voxpol Center bulan Juli lalu. Temuan tersebut menunjukkan basis pemilih akar rumput NasDem di Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Manado, lebih condong memilih Ganjar Pranowo (78,8%) ketimbang Anies (36,7%). Walau begitu, Anies unggul 81,3% di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.

Baca jugaAnies Bakal Capres Nasdem: KIB Bisa Goyah, PDIP Dapat ...

Oleh karena itu, Pangi berpendapat, NasDem harus meyakinkan Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai parpol-parpol yang selama ini berkomunikasi agar bisa mengusung nama pasangan Anies dari parpol masing-masing.

“Misalnya koalisi bersyarat Partai Demokrat, siap bergabung berkoalisi mengusung Anies dengan syarat membawa nama kandidasi AHY sebagai cawapres pasangan Anies,” ujar Pangi.

Baca juga Diusung Jadi Capres, Apakah Anies Harus Gabung NasDem?

Hal yang serupa, kata Pangi, bisa diajukan PKS. Sebagai contoh, apabila menemui kecocokan kepentingan dengan NasDem, PKS bisa meminta jatah menteri yang lebih banyak karena tidak mengusung kadernya sebagai capres atau cawapres. Baginya, hal itu sah-sah saja ketika partai ikut kontestasi pemilu. Kemudian ketika menang, power sharing lewat kursi menteri. 

Walau begitu, di sisi lain, Anies sejatinya diberikan keleluasaan oleh NasDem untuk mencari cawapres yang ideal. Bagi Pangi, penentuan nama cawapres ini menjadi krusial karena Pilpres 2024 merupakan lapangan datar.

“Salah mengandeng cawapres, kartu mati dan bunuh diri politik. Sebab sejauh ini, racikan elektoral calon presiden masih sangat kompetitif dan dinamis. Tidak ada capres yang leading tanpa tanding elektabilitasnya,” ujar Pangi.

146