Home Ekonomi Ramai Thrifting Pakaian Impor, Benarkah Produk Lokal Kalah Saing? Begini Kata Kemenkop UKM

Ramai Thrifting Pakaian Impor, Benarkah Produk Lokal Kalah Saing? Begini Kata Kemenkop UKM

Jakarta, Gatra.com - Maraknya pakaian bekas impor yang merajai pasar garmen Indonesia baru-baru ini menjadi sorotan serius pemerintah. Kondisi tersebut memunculkan budaya baru di kalangan konsumen, yakni thrifting, atau belanja pakaian bekas.

Di satu sisi, pemerintah khawatir kondisi tersebut makin lama akan makin menggerus pasar UMKM lokal lantaran konsumen lebih tertarik dengan produk impor yang murah. Namun, di sisi lain, muncul satu pertanyaan: apakah itu berarti produk garmen dari peaku UMKM lokal kalah saing?

Deputi Bidang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kemenkop-UKM, Hanung Harimba Rachman, tak sependapat dengan anggapan itu. Menurutnya, produk-produk UMKM lokal yang ada saat ini berkualitas bagus. Hanya saja, produsen-produsen lokal ini minim mendapat kesempatan. Menurutnya, anggapan produk UMKM lokal berkualitas buruk hanyalah stigma negatif.

Baca juga: Skenario Terburuk Jika Thrifting Dibiarkan: UMKM Mati, Pengangguran Meningkat

“Memang ada yang buruk, tapi yang bagus juga banyak,” kata Hanung ketika diwawancarai Gatra.com beberapa waktu lalu.

Hanung mencontohkan produk-produk pakaian UMKM di Sarinah yang menurutnya berkualitas bagus. Ia juga menyebut produk pakaian UMKM di Thamrin City dan Kosambi (Bandung) menarik minat pembeli dari mancanegara, dalam hal ini pelancong dari Malaysia, terkadang dari benua Afrika.

Ia juga menyebut salah satu perusahaan dan merek yang memproduksi pakaian dan alat rekreasi alam yang baru saja membuka toko di Swiss pada awal Januari 2023. “Stigma yang kita ciptakan ini harus kita hilangkan bahwa produk kita ini kualitasnya buruk,” katanya.

Menurutnya, nilai jual utama produk-produk lokal UMKM Indonesia adalah kreativitas. Ia menilai bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kreatif. Selain itu, Indonesia kaya akan bahan baku berkualitas.

Baca juga: Pasar Senen Berhiaskan Spanduk Soal Thrifting, Manajemen: Daripada Nutup Jalan

Hanya saja, kata Hanung, ada satu kelemahan dari UMKM Tanah Air. UMKM Indonesia masih akan kalah saing dalam konteks produksi massal. Bila UMKM masih menggunakan kemampuan kreativitas manusia, sementara produksi massal menggunakan mesin.

“Tapi kalau kita masuk di pasar kreatif, custom, itu kita menang, dan harganya mahal. Kalau kita mau masuk di produksi massal, ya namanya jahitan orang [dibandingkan] dengan mesin ya enggak bisa dibandingkan, apalagi kalau skalanya besar,” katanya.

Oleh karena itu, Hanung mengungkapkan bahwa ke depan tugas pihaknya adalah fokus untuk melakukan pembinaan. Salah satunya lewat penguatan program Bangga Buatan Indonesia yang setiap bulan ada kegiatan di berbagai daerah untuk memamerkan dan memperjualbelikan produk-produk fesyen daerah setempat.

Selain itu, Kemenkop UKM juga punya program kebijakan afirmatif di mana minimal 40% belanja barang kementerian/lembaga wajib berasal dari UMKM. Beberapa produk UMKM tersebut adalah produk garmen, tekstil, hingga sepatu. Lalu, pihaknya juga mendorong inkubator-inkubator di bidang fesyen, salah satunya adalah Indonesia International Modest Fashion Festival (IN2MOTIONFEST).

“Jadi, banyak langkah-langkah yang sudah kita kembangkan untuk mendorong produk-produk kita ini untuk bisa naik kelas dan bersaing, tapi tentunya enggak adil kalau produk-produk itu harus berhadapan dengan barang-barang seken yang harganya sangat murah sekali. Saya rasa enggak ada yang bisa bersaing dengan produk-produk seperti itu ya,” kata Hanung.

Selain itu, pihaknya juga akan menguatkan konsolidasi dengan para pelaku UMKM lokal, terutama di sektor garmen. Pada pekan lalu, Kemenkop UKM sudah mengundang asosiasi dan e-commerce untuk menyepakati komitmen menutup reseller-reseller. Kemenkop-UKM juga akan menguatkan pembinaan.

“Salah satu yang mau kita dorong adalah kita ingin Indonesia menjadi hub untuk busana muslim. Kiblat busana muslim dunia itu jadi mimpi kita. Kita melakukan serangkaian kegiatan untuk mengembangkan ekosistem dari busana muslim. Salah satunya kita membuat kegiatan fesyen yang terintegrasi yang selama ini tercerai-berai,” kata Hanung.

389